Soloraya
Selasa, 3 Januari 2012 - 20:22 WIB

Pantai Selatan Rawan Penyelundupan Manusia dan Kecelakaan

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepsyen: BANTUAN <i>LIFE JACKET</i><i>-Camat Paranggupito, Purwoto didampingi Kasubid Perencanaan Operasi Keamanan Laut, Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakor Kamla) Indonesia, Letkol Laut (P) Budi Mulyadi (</i><i>kiri</i><i>) menyerahkan bantuan </i><i>life jacket</i><i> kepada nelayan Paranggupito di pendapa kantor kecamatan setempat, Selasa (3/1).</i>

BANTUAN LIFE JACKET -- Camat Paranggupito, Purwoto didampingi Kasubid Perencanaan Operasi Keamanan Laut, Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakor Kamla) Indonesia, Letkol Laut (P) Budi Mulyadi (kiri) menyerahkan bantuan jaket penyelamat (life jacket) kepada nelayan Paranggupito di pendapa kantor kecamatan setempat, Selasa (3/1/2012). (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery S)

WONOGIRI – Kawasan pantai selatan Pulau Jawa selama ini sangat rawan kejahatan khususnya penyelundupan manusia serta kecelakaan di laut. Bahkan, di wilayah pantai selatan Jawa Twengah dan DIY setiap bulan selalu ada korban tewas akibat kecelakaan.
Advertisement

Pernyataan itu disampaikan Kepala Seksi Operasi Pangkalan Angkatan Laut (Kasiops Lanal) Jogjakarta, Kapten Laut (P) Achmad Hartono di hadapan seratusan nelayan Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri, Selasa (3/1/2012). Saat itu dirinya berbicara dalam Sosialisasi Call Center +6221500500 Keselamatan dan Keamanan di Laut serta penyerahan bantuan jaket penyelamat atau life jacket kepada nelayan Kecamatan Paranggupito.

Pemateri lain adalah Letkol Laut (P) Budi Mulyadi, Kasubid Perencanaan Operasi Kamla Bakor Kamla Indonesia. Pada kesempatan itu, Letkol Budi Mulyadi dan Camat Paranggupito, Purwoto menyerahkan bantuan life jacket sebanyak 100 buah kepada nelayan Paranggupito.

Menurut Hartono, penyebab Laka Laut berbagai jenis, di antaranya kebakaran, olahraga air, kecelakaan kerja, pesawat jatuh, mandi di laut dan kapal tenggelam. “Seorang nelayan mesti melengkapi diri dengan life jacket saat melaut. Selain itu mesti pamit kepada anggota keluarga, agar mudah dalam pencarian apabila terjadi sesuatu di laut,” katanya.

Advertisement

Mayoritas nelayan di Paranggupito adalah nelayan tradisional dengan menggunakan perahu tradisional. Karenanya, jelas Hartono, perlengkapan keselamatan harus disiapkan, seperti life jacket, drum atau ban. “Mengenakan life jacket akan lebih aman. Per bulan terdapat dua korban meninggal dunia di sepanjang Pantai Sadeng, Gunungkidul hingga Pantai Glagah, Kulonprogo,” paparnya.

Sebelumnya Letkol Laut (P) Budi Mulyadi menyatakan, konflik nelayan muncul karena pengkavlingan wilayah laut. “Laut itu satu, yakni laut Indonesia tidak dibatasi. Jadi tidak ada pembatasan wilayah,” ujarnya. Letkol Budi berharap nelayan membantu tugas Bakor Kamla Indonesia dengan cara menginformasikan setiap kejadian di laut melalui call center +6221500500. Apalagi, ujarnya, pantai selatan Pulau Jawa sering menjadi jalur lintasan imigran gelap asal Afghanistan dan Iran.

Camat Paranggupito, Purwito mengatakan, jumlah nelayan Paranggupito sebanyak 135 orang. “Dari jumlah itu, nelayan terlatih atau nelayan yang melaut baru 15 orang sisanya 15 orang terlatih. Jumlah perahu hanya tiga buah namun hanya satu yang normal, dua kapal yang lain mesinnya rusak,” ujarnya.

Advertisement

JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif