SOLOPOS.COM - Mahasiswa program studi S1 Keperawatan Universitas Aisyiyah Kota Solo menggelar parade untuk memperingati Hari Perawat Nasional di Car Free Day Solo, Minggu (19/3/2023). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, SOLO —Para Mahasiswa Universitas Aisyiyah Surakarta menggelar parade di area Car Free Day (CFD) Kota Solo, Minggu (19/3/2023). Ada sebanyak 43 mahasiswa dari program studi S1 Keperawatan Universitas Aisyiyah Solo yang ikut parade untuk memperingati Hari Perawat Nasional.

Parade ini merupakan salah satu program dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang menanamkan jiwa nasionalis agar mahasiswa lebih mencintai negaranya, sekaligus mengenalkan profesi keperawatan di lingkungan masyarakat.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Disamping itu, Dosen Pendidikan Kewarganegaraan Program Studi S1 Keperawatan Universitas Aisyiyah Surakarta, Aris Prio Agus Santoso, mengatakan parade dilakukan untuk menguatkan jiwa sosial mahasiswa untuk berbaur langsung bersama masyarakat, sehingga masyarakat mengerti para perawat memiliki loyalitas tinggi kepada mereka.

Parade dilakukan sambil jalan santai dan mengajak para masyarakat agar mendukung perawat. Menurut Aris, para perawat memberikan jasa yang luar biasa terlebih saat pandemi kemarin. Masyarakat sangat membutuhkan peran perawat untuk membantu menolong mereka.

“Apalagi yang ada di perdesaan, yang notabene-nya masih jarang ada dokter, tapi perawat bisa memberikan pelayanan yang masksimal,” kata dia saat ditemui di CFD.

Sebagai mantan perawat, Aris mengaku para perawat sudah banyak yang memenuhi kewajibannya sebagai perawat. Namun dari pengalamannya, ada beberapa hak-hak perawat yang belum terpenuhi.

“Misalnya, gaji perawat banyak yang masih di bawah UMR. Dulu saya juga jadi perawat, satu bulan hanya memperoleh gaji Rp300.000,” ucap dia.

Ada pun saat ini, banyak perawat yang belum bisa membuka praktik mandiri karena terganjal surat izin. Syarat praktik mandiri perawat harus berpendidikan S1 keperawatan, sedangkan Aris mengatakan masih ada banyak perawat di Indonesia yang berpendidikan D3.

“Karena aturan praktek saat ini harus S1, ini menjadi kendala untuk mengembangkan teman-teman dari D3 Keperawatan. Sehingga saat ini cukup banyak perawat yang istilahnya gulung tikar,” kata dia.

Perawat di Indonesia menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan. Harapannya, perawat bisa dipandang tidak sebatas profesi mirip dokter, karena pada dasarnya pelayanan dan ruang lingkup perawat berbeda dengan dokter.

“Harapannya perawat bisa lebih maju, lebih dikenal masyarakat, dan di kenal mancanegara, jadi ada perbedaan perawat di luar negeri dengan di Indonesia,” jelasnya.

Salah satu mahasiswa program studi S1 Keperawatan Universitas Aisyiyah Solo, Niken Purba mengikuti kegiatan parade di CFD pagi itu. Niken berharap bisa lebih mengembangkan dunia kesehatan saat sudah menjadi perawat, baik di lingkup nasional maupun internasional.

Niken juga ingin dalam dunia kesehatan, tidak hanya dokter saja yang terlihat berperan. Namun perawat pun turut membersamai masyarakat.

“Perawat juga turut menyongsong pembangunan kesehatan. Banyak di indonesia pembangunan kesehatan belum merata, banyak juga fasilitas yang belum semua memadai,” kata dia.

Dokter memang dibutuhkan, namun dalam pandangan kecil perawat juga sangat dibutuhkan. Misalnya dalam pengecekan paling mendasar seperti pengecekan tensi darah, gula darah, dan lainnya.

Berkaitan soal hak perawat, Niken sepakat dengan dosennya. Perlu beberapa perbaikan kebijakan dan fasilitas yang bisa mendukung keluwesan profesi perawat.

“Harapannya, perawat bisa dijadikan sebuah prioritas di dalam dunia kesehatan,” ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya