SOLOPOS.COM - Petugas Disnakan Sragen mengambil sampel darah pada salah satu sapi di wilayah Desa Gemantar, Kecamatan Mondokan, Sragen, baru-baru ini. (Istimewa/Disnakan)

Solopos.com, SRAGEN — Penyakit ternak parasit darah atau dikenal dengan istilah babesia menjangkit di wilayah Kecamatan Mondokan, Sragen. Sejak Januari hingga pertengahan April 2022, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Sragen mencatat ada 18 kasus kematian sapi yang diduga karena serangan parasit darah tersebut.

Kepala Disnakan Sragen, Rina Wijaya, menerangkan penyakit tersebut baru kali pertama menjangkit di wilayah Sragen. Kasus sebelumnya pernah ada di wilayah Soloraya, seperti Wonogiri, Sukoharjo, Boyolali, Klaten, dan Karanganyar. Sejak 12 April 2022 hingga sekarang belum ada lagi kasus baru karena Disnakan tidak menerima laporan kasus kematian sapi lagi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Penyakit parasit darat itu sifatnya tidak zoonosis sehingga tidak menular ke manusia meskipun manusia mengonsumsi dagingnya. Sebanyak 18 kasus itu tidak terjadi dalam waktu dekat, tetapi tercatat sejak Januari-April. Laporan pertama masuk ke Disnakan itu dari laporan Camat Mondokan pada 23 Maret 2022. Laporan awal itu ada lima kasus kematian sapi di Desa Gemantar, Mondokan,” ujarnya kepada Solopos.com, Selasa (19/4/2022).

Baca Juga: Penyebab Sapi Mati Mendadak Masih Misterius, Warga Mojogedang Panik

Setelah Gemantar, kasus kematian sapi itu dilaporkan menyebar ke tiga desa lain yakni Jekani dan Kedawung, Mondokan. Rina mengaku sudah menerjunkan tim terpadu dan mengambil sampel darah sapi dan tanah untuk dibawa ke Laboratorium Tipe B milik Provinsi Jawa Tengah di Solo.

“Awalnya kami khawatir antraks. Setelah diuji laboratorium ternyata tidak ada indikasi antraks. Kemudian kami menyelidiki terus dan sepekan kemudian diketahui penyebabnya parasit darah,” jelasnya.

Dia mengungkapkan Balai Besar Veteriner Wates di bawah Kementerian Pertanian juga terjun ke lapangan. Penyakit itu secara fisik tidak kelihatan karena yang diserang sel-sel darah merah.

“Kami mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada 20 camat di Kabupaten Sragen untuk antisipasi supaya tidak muncul kasus serupa di kecamatan lain. Untuk saat ini, kasus penyakit babesia itu hanya di wilayah Mondokan,” jelasnya.

Baca Juga: Penyebab Sapi Mati Misterius Belum Ketemu, BBV Wates Turun Investigasi

Kabid Kesehatan Hewan Disnakan, Toto Sukarno, menambahkan pencegahan yang dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang, penyemprotan insektisida, pengobatan, dan seterusnya. Penyakit parasit darah itu dibawa oleh lalat besar penghisap darah yang kenal dengan caplak.

“Jadi, saat lalat itu mengigit sapi saat itu pula ada parasit darah yang masuk ke jaringan darah sapi. Dalam kurun waktu tertentu parasit itu menyerang trombosit darah dan menyebabkan kematian sapi. Ya, seperti nyamuk tetapi yang dibawa nyamuk itu virus. Penyakit ini tidak menular ke manusia tetapi bisa menular ke hewan,” jelasnya.

Dia menyebut 18 ekor sapi yang mati itu langsung dikubur dan tidak ada yang dikonsumsi karena keyakinan agama di Mondokan cukup kuat. Sapi yang mati itu, ujar dia, rata-rata berusia 3-4 tahun dengan jenis kelamin jantan dan betina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya