SOLOPOS.COM - Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kota Solo (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Setiap pokdarwis akan dibantu tim dari Triponyu.com dalam penyusunan paket wisata berbasis kearifan lokal.

Solopos.com, SOLOKelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kota Solo meminta pokdarwis di setiap kelurahan mempersiapkan penyusunan paket wisata berbasis masyarakat.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Dalam penyusunan paket wisata berbasis kearifan lokal itu, setiap pokdarwis akan dibantu tim dari Triponyu.com. Bahkan, Triponyu.com akan membantu mempromosikan setiap potensi yang siap dimunculkan di masing-masing kelurahan.

Ketua Pokdarwis Kota Solo, Mintorogo, memastikan 51 kelurahan di Kota Solo punya keunggulan yang layak dijual dan menjadi potensi wisata baru berbasis masyarakat.

“Industri kandang burung, home industry karak, kuliner, tradisi, hingga kirab di tingkat kelurahan punya potensi untuk jadi objek wisata. Jadi berbicara wisata Solo harapannya tidak hanya berbicara THR Sriwedari, Keraton Solo, atau Pura Mangkunegaran,” kata Mintorogo, di sela-sela rapat pokdarwis di Kantor Pokdarwis Solo, Senin (17/7/2017).

Dia mencontohkan pariwisata Bali bisa berkembang karena wisatawan ingin melihat dan berinteraksi langsung dengan warga yang beribadah di pura termasuk prosesi kehidupan mereka.

Akhir tahun ini, semua pokdarwis di 51 kelurahan harus mulai mengkaji dan menggali potensi di wilayahnya masing-masing, kemudian dibuatkan paket wisata untuk dipromosikan. “Jadi harapannya tahun 2018 program ini sudah bisa berjalan.”

Kepala Dinas Pariwisata (Disparta) Solo, Basuki Anggoro Hexa, menjelaskan Wali Kota Solo, F.X.Hadi Rudyatmo, menginginkan setiap kelurahan punya event layak jual.

“Setelah kami inventarisasi, sudah ada 26 potensi event tingkat kelurahan yang akan kami persiapkan agar tahun depan bisa digelar setiap pekan bergiliran,” kata Hexa.

Anggaran untuk pariwisata senilai Rp100 juta per kelurahan harapannya bisa dimaksimalkan untuk pengembangan program paket wisata ini.

“Kelurahan yang punya kuliner, parade seni, bahkan situs peninggalan budaya, bisa digarap untuk jadi potensi wisata. Kelurahan Sondakan dan Jebres bisa menjadi contoh bagi kelurahan lain. Seperti diketahui, di Sondakan punya Museum Saman Hudi dan masyarakat Sondakan telah mengembangkan program Napak Tilas Budaya Saman Hudi untuk jadi destinasi wisata,” kata Kasi Kerja Sama dan Fasilitasi Pariwisata Disparta, Gembong Hadi Wibowo.

Dia juga mengakui masih ada beberapa pokdarwis kelurahan yang belum menemukan potensinya sendiri. “Nanti kami bantu berikut penyusunan paket wisatanya.”

Perwakilan dari Triponyu.com, Aditya, menjelaskan pola perkembangan pariwisata saat ini mengikuti perkembangan teknologi. Akses untuk melihat suatu daerah di suatu kota menjadi sangat mudah. Tren berwisata juga mulai bergeser.

Wisatawan berwisata tanpa harus membeli paket perjalanan pariwisata. Potensi pasar seperti inilah yang bisa ditangkap oleh pegiat pariwisata di kampung-kampung.

“Jangan harap wisatawan yang datang adalah grup-grup besar. Mereka kelompok-kelompok kecil. Mereka lebih suka mencari keunikan dan ingin berinteraksi langsung dengan potensi lokal. Mereka seperti backpacker, tapi potensi belinya jauh lebih tinggi. Mereka ingin bebas tanpa ada aturan dari travel agent,” kata Aditya.

Aditya berharap pokdarwis kelurahan tidak malu menjual “kekampungan” mereka karena hal itu dinilai berharga. “Kami punya platform untuk membuat program pariwisata berbasis kedaerahan.”

Untuk membuat paket wisata berbasis masyarakat, setiap pokdarwis bersama warga harus melakukan identifikasi terlebih dahulu mengenai potensi yang dimiliki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya