SOLOPOS.COM - Muhammad Farhan (Bisnis Indonesia/Dea Andriyawan)

Solopos.com, SOLO — Badan Budaya Nasdem saat ini tengah melakukan kajian budaya tentang penggunaan bahasa atau diksi daerah berbau kearifan lokal sebagai jargon-jargon kampanye untuk persiapan menyongsong Pemilu 2024.

Langkah itu dilakukan untuk memperkuat komunikasi politik Partai Nasdem dalam Pemilu 2024. Pernyataan tersebut disampaikan Ketua DPP Badan Budaya Nasdem, Muhammad Farhan, seusai pelantikan pengurus DPW Badan Budaya Jateng di Solo, Senin (12/12/2022).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Salah satu yang menarik kami mendorong penggunaan bahasa atau diksi daerah untuk jargon-jargon kampanye. Karena sekarang sudah dekat dengan kontestasi politik 2024,” ujarnya.

Farhan meyakini penggunaan diksi daerah sebagai jargon kampanye Partai Nasdem akan memperkuat komunikasi politik dengan konstituen dan masyarakat pada Pemilu 2024. “Dengan jargon daerah itu akan mendekatkan kami kepada masyarakat,” urainya.

Mantan presenter kondang sejumlah acara televisi tersebut mencontohkan jargon It’s Time Restorasi Indonesia yang kemudian diterjemahkan ke sejumlah jargon daerah. Seperti menjadi Wes Wayahe Restorasi Indonesia yang adalah bahasa masyarakat Jawa.

Baca Juga: Badan Budaya Nasdem Ingin Tengkleng Solo Mendunia Saingi Bulgogi dan Sushi

Jargon itu juga diterjemahkan ke bahasa Sunda untuk mendekatkan komunikasi dengan masyarakat daerah tersebut. Namun Farhan menegaskan program budaya yang dijalankan merupakan bentuk upaya menampung para pekerja seni dan budaya.

Sehingga mereka punya wadah menyalurkan aspirasi. Menurut dia, Badan Budaya dibentuk sebagai wujud amanat dari visi ketiga Partai Nasdem yaitu bermartabat dalam berbudaya. Badan budaya harus menerjemahkan elemen-elemen budaya.

Hasil terjemahan budaya itu lantas harus menjadi pemahaman nyata di Partai Nasdem. “Salah satunya dengan mencetak kader partai dan kader pemimpin, baik di daerah sampai nasional, yang memiliki budaya berpolitik Indonesia,” tutur dia.

Baca Juga: Tak Hadir ke Pernikahan Kaesang Pangarep, Surya Paloh Surati Presiden Jokowi

Menurut Farhan, hasil kajian akademis sangat penting untuk memberikan gambaran nyata dalam membuka jalan ke depan. Sebab hasil kajian akademis tentang berbagai aspek budaya itu sangat kaya. Dia mencontohkan kekayaan membatik.

“Batik tak akan menjadi karya budaya yang menggerakkan ekonomi yang mendekati dunia, bila waktu itu kita gagal meyakinkan UNESCO bahwa teknik membatik adalah warisan budaya indonesia. Kita harus menggali lebih banyak lagi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya