SOLOPOS.COM - Warga melintas di depan Pasar Bekonang, Jumat (22/3/2013). (Dok/Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)


Warga melintas di depan Pasar Bekonang, Jumat (22/3/2013). (Dok/Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

SUKOHARJO--Belasan pedagang oprokan di Pasar Bekonang, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo hingga kini belum kebagian tempat untuk berdagang.  Mereka untuk sementara masih berdagang di luar pasar.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pedagang oprokan yang belum kebagian tempat di dalam pasar mayoritas adalah pedagang oprokan palawija. Ketua Himpunan Pedagang Pasar (HPP) Bekonang, Dwi Handono, mengatakan belasan pedagang itu saat ini masih menempati di pinggir-pinggir jalan sekitar pasar. Akibatnya, pasar yang dinobatkan sebagai pasar percontohan oleh Kementerian Perdagangan RI, itu terkesan kumuh dan tidak teratur.

Lebih lanjut Dwi menerangkan, sebelumnya ada sekitar 200 pedagang oprokan yang harus ditampung dan dimasukkan ke dalam pasar. Namun karena tempatnya terbatas, maka tidak semua pedagang bisa masuk ke dalam pasar.

“Sebagian besar pedagang oprokan sudah kami minta untuk masuk ke dalam pasar. Namun ada beberapa pedagang yang belum bisa masuk karena tempatnya terbatas. Kami masih berusaha agar mereka bisa tetap masuk ke lingkungan pasar,” terang Dwi di Pasar Bekonang, Senin (10/6/2013).

Para pedagang yang sudah masuk, sambungnya, ditempatkan di bawah tangga dan di sela-sela lokasi kios. Selain itu, sebagian pedagang oprokan juga ada yang menempati los pasar yang hingga kini masih belum ditempati oleh pemiliknya. Bila los pasar tersebut sudah ditempati oleh pemiliknya, imbuh Dwi, maka pedagang oprokan harus dicarikan tempat lagi.

HPP meminta kepada pihak Pemkab Sukoharjo untuk menyediakan tempat bagi para pedagang oprokan tersebut. Ia meminta agar lokasi yang kini sebagai tempat berjualan sepeda di sebelah utara, dijadikan lokasi berjualan pedagang oprokan.

“Kami mendapatkan kabar, katanya untuk pedagang oprokan akan dibuatkan tempat baru yang masih kosong, di dalam pasar. Dana pembuatannya akan dianggarkan melalui APBD Perubahan,” ujar Dwi.

Bila kondisi hujan, tambahnya, para pedagang oprokan yang masih di luar membuat tenda. Namun saat tiba hari pasaran Kliwon, para pedagang membeludak dan tenda tidak bisa menampung semua pedagang. Rata-rata mereka yakni para pedagang oprokan burung dan unggas.

Sementara itu, salah satu pedagang oprokan, Kasni, berharap agar mendapatkan tempat di dalam pasar. “Saya mau saja diminta masuk ke dalam pasar, tapi akan ditempatkan di mana karena katanya di dalam pasar sudah penuh dan tidak kebagian tempat lagi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya