SOLOPOS.COM - Pedagang di pasar darurat Pasar Gede Klaten, Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, menanti pembeli di lapak mereka, Selasa (17/1/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Sejumlah pedagang Pasar Gedhe Klaten yang sementara waktu berjualan di pasar darurat berharap bisa segera pindah ke bangunan pasar yang baru kelar dibangun. Mereka sepakat jika ada pembagian klaster jualan.

Salah satu pedagang sembako, Eny, mengatakan hingga kini belum ada sosialisasi terkait rencana pemindahan pedagang ke bangunan baru Pasar Gedhe. “Kalau saya manut saja, ikut aturan dari pemerintah,” kata Eny saat ditemui Solopos.com di pasar darurat yang berlokasi di Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Senin (22/5/2023).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Eny juga sepakat jika nantinya penataan pedagang dilakukan dibagi sesuai klaster lantaran pedagang bisa lebih tertata. “Sehingga laku satu, laku semua,” kata dia. Soal pengalaman jualan selama di pasar darurat, Eny mengakui tak seramai ketika berjualan di Pasar Gedhe Klaten.

Selain lokasi pasar darurat, penjualan menurun lantaran daya beli masyarakat juga menurun. Saat itu, pemindahan pedagang ke pasar darurat ketika ada pandemi Covid-19. “Daya beli masyarakat saat ini juga belum pulih sepenuhnya. Selain itu dengan adanya sistem jual beli secara online itu juga berpengaruh,” kata Eny.

Pedagang sandal dan sepatu di pasar darurat, Edy Purwanto, juga berharap bisa segera pindah dan menempati bangunan Pasar Gedhe Klaten. “Harapannya sebagai pedagang mudah-mudahan ketika pindah ke sana dagangan bisa laris. Dalam arti dengan kondisi pasar yang bagus, banyak pengunjung yang datang,” kata dia.

Edy mengatakan para pedagang mulai pindah ke pasar darurat pada November 2021. Selama berjualan di pasar darurat, Edy mengatakan pedagang hanya bisa bertahan. Rata-rata pedagang mengeluhkan penjualan menurun selama di pasar darurat.

Transaksi Online

“Kalau memang di sini karena darurat tempatnya ala kadarnya. Saya jualan di sini kemarin itu sehari hanya laku sandal saja Rp15.000. Banyak yang mengeluhkan dagangan menurun,” kata dia.

Banyak pedagang yang memilih menutup kios mereka yang ada di pasar darurat. Alasannya lantaran sepi pembeli. Seperti pada satu deret kios di pasar darurat yang hanya segelintir pedagang membuka kios mereka. “Tetapi mereka yang tutup tetap menjadi pedagang Pasar Gedhe Klaten,” kata Edy.

Selain faktor lokasi, Edy mengatakan penurunan penjualan itu dipengaruhi oleh perubahan pola transaksi secara online. “Dampak online itu dahsyat terutama untuk jenis dagangan seperti saya. Di sini ya hanya bertahan. Daripada di rumah jenuh. Kalau diandalkan untuk hidup sulit. Saya juga memiliki usaha sampingan beternak burung,” kata dia.

Sebagai informasi, proyek pembangunan Pasar Gedhe Klaten rampung pada pertengahan Mei ini. Pemkab masih menunggu serah terima aset pasar yang dibangun pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) itu. Selain itu, Pemkab Klaten masih menyiapkan skenario untuk memindahkan pedagang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya