SOLOPOS.COM - Tugu Bata Klodran, Selasa (2/9/2014). (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Pasar Klodran terbengkalai. Ratusan kios mangkrak dan beralih fungsi.

Solopos.com, KARANGANYAR — Ratusan kios di Pasar Klodran mangkrak dan beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah dan tempat tinggal. Namun, pemerintah desa tidak dapat berbuat banyak hingga tahun 2020.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Salah satu alasan adalah perjanjian kepemilikan kios. Kios menjadi milik perorangan selama 15 tahun, terhitung untuk 2005-2020. Pasar Klodran menampung sekitar 110 kios. Namun, kios yang digunakan untuk berjualan hanya 30%, yakni pada bagian depan dan menghadap ke jalan. Rata-rata kios menjajakan aksesori sepeda motor, ikan, furnitur, tambal ban, reparasi sepatu, dan lain-lain.

Kios lain yang berada di tengah hingga belakang mangkrak dan menjadi tempat tinggal. Demikian hal los di antara deretan kios. Los menjadi tempat pembuangan sampah, seperti batok kelapa, plastik, kayu, papan, dan lain-lain. Sejumlah orang memanfaatkan gang antara los untuk memarkir becak, sepeda motor, dan membuka terpal untuk merawat ikan.

“Saya tinggal di kios di Pasar Klodran sekitar dua bulan. Saya tinggal bersama anak. Kondisinya seperti ini saat datang. Saya dan anak yang membersihkan sampah dan mengumpulkan di los,” kata perempuan yang mengaku warga Solo, Mamik, kepada wartawan, Selasa (3/2/2015).

Bau sampah bercampur kotoran menyengat hidung saat menyusuri deretan kios dan los di Pasar Klodran. Kotoran ayam berserakan di mana-mana. Sejumlah kios mangkrak karena plafon rusak. Namun, kondisi itu tidak menyurutkan niat sejumlah orang menempati kios.

“Saya asli Jember. Suami saya asli Sukoharjo. Saya tinggal di kios B10 selama dua tahun. Saya menyewa Rp1 juta per tahun. Saya bayar kepada salah satu orang yang berjualan di Pasar Klodran,” ungkap Kamidah 55, yang tinggal di kios bersama dan suaminya.

Kios B10 milik Kamidah berisi satu tempat tidur, satu lemari, tiga sofa, satu meja untuk meletakkan alat memasak dan makan, lampu, dan kipas angin duduk. Tidak ada ventilasi di kios itu. “Kalau malam membakar obat nyamuk. Ya sumuk karena pintu ditutup. Oleh karena itu saya pakai kipas angin,” kata Kamidah.

Tagih Janji
Kepala Desa Klodran, Warsito, menjelaskan tidak dapat berbuat banyak atas kondisi itu. Pemerintah Desa Klodran baru memiliki hak mengelola setelah tahun 2020. Ia pun mengaku kesulitan mengumpulkan para pemilik kios. Di sisi lain Bupati Karanganyar, Juliyatmono, pernah menjanjikan merombak bagian depan Pasar Klodran agar lebih rapi. Janji itu disampaikan beberapa bulan lalu. Namun, janji itu belum terwujud hingga kini.

“Bupati berwacana akan menata, membuat trotoar, dan memperbaiki bagian depan pasar. Kami terkendala hak pakai kios dan menghubungi pemilik kios. Itu susah, jadi harus menunggu hak pakai habis,” tutur Warsito saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Selasa (3/2/2015).

Warsito juga mengungkapkan 90% kios di Pasar Klodran berpindah tangan. Warsito menampik pemerintah desa tidak berbuat apa pun untuk mencegahnya. Menurut Warsita merombak pasar membutuhkan dana. “Kami enggak bisa segera menata. Kami harus melakukan sosialisasi dan mengumpulkan penghuni lama dahulu. Itu akan kami lakukan menjelang hak pakai kios habis.”

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya