SOLOPOS.COM - Sejumlah pedagang oprokan berjualan di luar kompleks Pasar Kota Klaten, Kamis (1/8/2013). (Moh Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

 Sejumlah pedagang oprokan berjualan di luar kompleks Pasar Kota Klaten, Kamis (1/8/2013). (Moh Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)


Sejumlah pedagang oprokan berjualan di luar kompleks Pasar Kota Klaten, Kamis (1/8/2013). (Moh Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Jumlah pedagang oprokan di Pasar Kota Klaten membengkak hingga 750 orang dalam tiga tahun terakhir.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Kota Klaten, Weliyadi, mengatakan sebagian besar dari mereka merupakan pedagang baru.

Menurutnya, jumlah pedagang lama yang menjadi oprokan hanya mencapai 320 orang. Sebelumnya, para pedagang lama tersebut menempati lantai III Pasar Kota Klaten. Akan tetapi mereka akhirnya memilih turun dan menetap di tepian pasar dan pinggiran Jl. Cendrawasih.

“Sekarang sudah ada sekitar 400 pedagang oprokan yang baru dalam tiga tahun terakhir. Jadi totalnya ada sekitar 720 pedagang oprokan,” ungkap Weliyadi saat ditemui Solopos.com di kiosnya, Kamis (1/8/2013).

Weliyadi mengaku sudah kerap mendapat keluhan dari sesama pedagang yang menempati kios dan los di dalam kompleks pasar. Keberadaan pedagang di pinggiran jalan dianggapnya membuat pembeli malas masuk ke dalam pasar. “Kalau tetap dibiarkan tentu menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan pedagang. Keberadaan mereka yang tidak tertata dengan baik juga menimbulkan kesan kumuh,” paparnya.

Weliyadi menambahkan, tingginya jumlah pedagang oprokan di Pasar Kota Klaten dipengaruhi sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan. Berdasarkan pantauan Solopos.com di lokasi, ratusan pedagang oprokan menggelar dagangan di sekitar pasar bahkan hingga pinggiran Jl. Cendrawasih. Mereka hanya beratapkan payung atau spanduk yang sudah usang. Mereka bermodal tikar dan meja untuk menggelar dagangan.

“Saya sudah berjualan 10 tahun di pasar ini. Memang sebelumnya pernah menempati los di lantai III, tetapi kami memilih turun karena di atas sepi. Meski tidak dapat los, kami lebih bersyukur berjualan di luar pasar karena lebih ramai,” papar Hartati, 40, pedagang tahu asal Jonggrangan saat ditemui Solopos.com di lokasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya