SOLOPOS.COM - Petugas dari DKP3 Sragen menyuntik kambing-kambing saat kegiatan pengobatan massal di wilayah Dukuh Jatisari, Desa Tanggan, Kecamatan Gesi, Sragen, Kamis (31/8/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Tim dokter dan mantri hewan dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Sragen mengadakan pengobatan gratis dengan sasaran 400 ekor kambing di Desa Tanggan, Kecamatan Gesi, Sragen, Kamis (31/8/2023). Pengobatan massal itu dilakukan merespons adanya laporan 50 kambing  mati mendadak.

DKP3 Sragen juga mengambil sampel tanah dari kandang sapi yang mati untuk dicek di Laboratorium Kesehatan Hewan Tipe B Solo. Uji sampel tanah itu dilakukan untuk memastikan penyebab banyaknya kambing mati di wilayah Dukuh Jatisari, Desa Tanggan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Tim DKP3 Sragen mendatangi sejumlah kandang ternak warga dan satu per satu kambing disuntik vitamin. Dua petugas yang bertugas menyuntik vitamin.

Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan DKP3 Sragen, drh. Toto Sukarno, mengungkapkan populasi kambing di Tanggan secara global ada 400-an ekor. Meski jumlah kambing lumayan banyak, dia menargetkan pengobatan massal itu selesai dalam sehari. Hingga siang tadi sudah 200 ekor kambing yang disuntik.

“Kalau ada kasus, kami langsung turun ke lapangan untuk kroscek, melakukan pengobatan massal, serta mengambil sampel. Dalam pengobatan itu yang disuntikan ada vitamin, antihistamin, antiparasit, dan antibootik kalau ada yang kurang sehat,“ kata Toto.

Dia menduga kematian kambing di Tanggan disebabkan dampak El Nino, yakni cuaca panas yang ekstrem. Sejumlah peternak mengaku kambingnya mati setelah digembala.

“Kemungkinan karena heat stroke [serangan panas] atau dehidrasi [kekurangan cairan] akibat  terlalu panas di lokasi gembala. Solusinya kami memberi edukasi bahwa kambing-kambing tidak digembalakan, tetapi dikandangkan dan diberi makan dan minum secukupnya. Pastinya minuman untuk ternak selalu ada,“ jelasnya.

Data Ulang Ternak Mati

Di sela-sela pengobatan massal itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sragen, Rina Wijaya; Kabid Pertenakan dan Keswan DKP3 Sragen, Toto Sukarno; dan Danramil Gesi, Lettu (Inf) Dwi Cahyo, mengadakan rapat di Kantor Pengelolaan TPA Tanggan. Mereka kroscek data kematian ternak di Desa Tanggan.

Data dari Koramil Gesi menyebutkan ada 57 ekor kambing mati dan empat ekor sapi mati. DKP3 Sragen juga mendata ternak yang mati dan angkanya berbeda.

Toto mengatakan empat ekor sapi yang disebutkan mati dalam data Koramil ternyata dijual. Kemudian dari 57 ekor kambing yang mati itu, sambungnya, hanya 18 ekor kambing yang mati mendadak.

Toto menduga angka kematian kambing itu ditambah oleh warga karena berharap ada ganti rugi. “Sekarang tidak ada perubahan, data 18 ekor kambing mati itu dipastikan. Yang lainnya mungkin dijual atau disembelih, tidak tahu,“ ujarnya.

Kepala DLH Sragen, Rina Wijaya, juga membenarkan adanya perbedaan data tersebut. “Kami lakukan pengecekan kembali ke peternak langsung didampingi warga petugas. Data yang benar hanya 18 ekor kambing yang mati mendadak, bukan 57 ekor kambing. Sementara informasi empat ekor sapi mati itu ternyata dijual,“ ujar Rina.

Seorang peternak di RT 004, Dukuh Jatisari, Desa Tanggan, Gesi, Sragen, Yahdi, 64, mengaku tiga ekor kambingnya mati diduga karena cuaca panas. Sementara sapi  tidak ada yang mati. Untuk mengantisipasi 27 kambingnya yang tersisa tidak mati kepanasan, ia hanya menggembala di pagi hari, mulai pukul 06.00-10.00 WIB. Tak lagi seharian.

“Kambing [yang mati] itu lumpuh tidak bisa jalan terus mati. Yang mati itu satu indukan dan dua ekor anakan,“ jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya