SOLOPOS.COM - Salah satu sapi yang ikut pawai gerobak di Prambanan, Klaten, Kamis (21/3/2013). (JIBI/SOLOPOS/Asiska Riviyastuti)

Salah satu sapi yang ikut pawai gerobak di Prambanan, Klaten, Kamis (21/3/2013). (JIBI/SOLOPOS/Asiska Riviyastuti)

KLATEN — Pawai Gerobak di Klaten, Kamis (21/3/2013), membuat sejumlah sapi yang mengiringi pawai tersebut menjadi daya tarik tersendiri. Pasalnya, harga jual sapi lokal menjadi tinggi.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pawai yang diikuti sekitar 75 gerobak itu mengambil rute sekitar empat kilometer, dimulai Shelter Pengungsian Bencana Kebondalem Lor menuju utara melewati Balaidesa Kebondalem Lor menuju Desa Taskumbang dan berakhir di balaidesa setempat.

Salah seorang peserta Pramono mengatakan menuturkan banyak orang yang tertarik untuk membeli salah satu sapinya yang ikut pawai yang dinamai Si Blorok.

“Pernah ditawar Rp100 juta untuk sepaket, dua ekor sapi dan gerobak. Selain itu, pernah ada yang menawar Si Blorok, Rp50 juta. Tapi saya tolak semua karena saya masih sayang dengan Si Blorok,” ungkapnya kepada wartawan di Shelter Pengungsian Bencana Kebondalem Lor, Prambanan, Kamis.

Menurut ayah dua anak ini, setelah didirikan paguyuban pemilik gerobak sapi, Langgeng Sehati, pamor sapi lokal naik. Tak tanggung-tanggung harga sapi lokal naik 100%. “Si Blorok ini saya beli waktu usia empat bulan harganya Rp3,7 juta tapi kalau menjual minimal harganya Rp60 juta baru saya lepas [jual]. Itu sekarang, setelah ada paguyuban gerobak sapi, dulu waktu belum ada paguyuban, paling harganya sekitar Rp30 juta,” terangnya.

Namun yang harganya melonjak banyak adalah sapi lokal jenis PO, sedangkan jenis Brahman dan Ongol lonjakan harga tidak sebanyak jenis PO. Hal ini karena banyak masyarakat yang berminat untuk ikut bergabung dengan paguyuban.

Pramono pun mengaku memiliki tiga gerobak sapi. Satu gerobak berusia ratusan tahun peninggalan kakeknya digunakan untuk menangkat hasil panen sedangkan dua gerobak lainnya digunakan untuk mengikuti berbagai acara festival gerobak sapi.

Dengan adanya paguyuban dan pawai gerobak ini, peluang waisata baru pun terbuka. Salah satu pelaku usaha wisata, Migas Kathong, menuturkan tertarik menjadikan gerobak sapi sebagai transportasi wisata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya