SOLOPOS.COM - Salah satu abdi dalem, Suwarno, 62, mendapatkan kekucah dalem dari Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo), S.I.S.K.S. Paku Buwono (PB) XIII di Keraton Solo, Rabu (19/4/2023). (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO– Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo), S.I.S.K.S. Paku Buwono (PB) XIII membagikan zakat fitrah kepada sekitar 400 abdi dalem serta kerabat di Keraton Solo, Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Rabu (19/4/2023) siang.

Zakat fitrah yang dibagikan itu adalah sembako, kekucah dalem berupa lembaran Rp10.000, dan amplop tunjangan hari raya (THR) keagamaan. G.K.R. Pakoe Boewono (Prameswari Dalem SISKS Pakoe Boewono XIII) membagikan zakat fitrah secara simbolis.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pengageng Parentah Keraton Solo K.G.P.H. Adipati Dipokusumo menjelaskan sebagian besar abdi dalem menyimpan kekucah itu. Ada mitos menyimpan uang kekucah ada magnet atau untuk menarik rezeki.

Dipo mengatakan kekucah yang teridentifikasi dimulai PB X. PB X membagikan kekucah untuk setiap kali bertemu masyarakat. Selain sebagai wujud syukur dan rasa senang, kekucah memiliki fungsi lainnya.

“Tujuannya untuk menghidupkan atau menggerakkan ekonomi. Dulu kan Keraton Solo punya pabrik, listrik, air minum, layanan telepon,” kata dia.

Menurut dia, uang pemberian raja itu bisa dibelanjakan sehingga ekonomi bisa bergerak. Tradisi memberikan kekucah itu terus dilestarikan sampai sekarang.

Adapun Keraton Solo menyelenggarakan empat rangkaian kegiatan selama Ramadan dan Lebaran 2023, yakni tradisi malam selikuran dalam rangka menyambut datangnya lailatul qadar dari Keraton Solo sampai Sriwedari beberapa waktu lalu.

Selanjutnya membagikan zakat fitrah kepada masyarakat di Masjid Agung Solo, Selasa malam, zakat fitrah kepada sekitar 400 abdi dalem, dan hajad dalem garebeg pasa di Masjid Agung Solo, Minggu (23/4/2023).

Dipo menjelaskan Keraton Solo memiliki sekitar 400 abdi dalam di Kota Solo maupun di luar kota. Abdi dalem yang mengabdi paling lama sekitar 30 tahun.

“Rata-rata usia paling muda belasan tahun sampai 80 tahun,” papar dia.

Menurut dia, Keraton Solo membutuhkan regenerasi abdi dalem. Abdi dalem kini lebih membutuhkan kesejahteraan dari pada derajat atau pangkat. Ada sebagian kecil abdi dalem yang mengedepankan pengabdian serta peduli dengan budaya Jawa.

“Orang muda masih jarang karena kita mendasari untuk yang muda-muda harus punya prospek ke depan berkaitan dengan kelembagaan. Keraton harus bisa memberikan semacam kontribusi agar masa depannya jelas,” kata dia.

Salah satu abdi dalem, Suwarno, 62, bertugas menjadi petugas kebersihan sejak 2004.  Alasan bergabung menjadi abdi dalem untuk pengabdian. Dia selalu mendapatkan kekucah selama menjadi abdi dalem setiap tahun.

“Biasanya untuk anak cucu terus disimpan,” kata dia. Namun terkadang apabila mendesak untuk membeli kebutuhan. Memiliki kekucah dalem atau uang bisa membuat hati tenang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya