SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

PDAM Solo hingga kini belum bisa mengatasi masalah kebocoran pipa air ke pelanggan.

Solopos.com, SOLO — Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Solo mencatat tingkat kebocoran pipa saat ini mencapai 40%. Akibatnya pasokan air ke pelanggan mengalami penurunan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Direktur PDAM Solo Maryanto mengatakan kebocoran paling banyak karena masalah perpipaan yang merupakan peninggalan Belanda. Mayoritas kerusakan pipa disebabkan faktor usia. Namun karena besarnya biaya yang harus dikeluarkan, hingga kini PDAM belum mampu memperbaiki pipa secara menyeluruh.

“Ada 40-an persen kebocoran pipa PDAM, paling banyak karena perpipaan tua,” kata Maryanto ketika berbincang dengan wartawan, Minggu (25/3/2018).

Maryanto mengakui tingkat kebocoran tersebut masih tergolong tinggi. Berbagai upaya terus dilakukan untuk menanggulangi kebocoran pipa. Kebocoran pipa tersebut akibat pengeroposan yang menyebar dari sambungan hingga pipa transmisi.

Baca juga:

Secara otomatis, kebocoran pipa berdampak pada pendapatan PDAM. Namun demikian, Maryanto enggan membeberkan detail berapa total kerugian PDAM akibat kebocoran tersebut. “Ya ada lah kebocoran itu [pendapatan],” katanya.

Selain pendapatan, kebocoran pipa berdampak pula terhadap pasokan air bersih kepada warga. Diketahui sumber air PDAM Solo berasal dari air Cokro Tulung Klaten dengan kapasitas 380 liter per detik yang mengalir ke Solo, khususnya bagian Selatan.

Sementara Solo Utara disuplai 13 sumber air sumur dalam berkapasitas 340 liter per detik. Distribusi di wilayah tengah mengandalkan air permukaan Sungai Bengawan Solo dengan kapasitas total 150 liter per detik.

Disingung soal suplai air bagi sebagian warga Kota Bengawan yang mengandalkan air Sungai Bengawan Solo akan menurun saat musim kemarau, Maryanto membenarkannya. Suplai air bersih ke rumah-rumah penduduk bakal berkurang hingga 20% selama musim kemarau.

Pasokan itu terutama suplai air bagi puluhan warga di wilayah utara dan sebagian wilayah selatan yang mengandalkan air Sungai Bengawan Solo melalui instalasi pengolahan air (IPA) Jurug. “Air Bengawan Solo menyusut. Jadi suplai air pun turun 20%. Mohon maaf kalau pagi sampai sore ngithir, tapi kalau malam banter. Kami tetap usahakan tidak mati,” ujarnya.

Maryanto mengaku banyak menerima keluhan mengenai kondisi air PDAM yang tidak lancar jika memasuki musim kemarau. Dia menjamin ketersedian air tetap aman selama musim kemarau.

Koordinasi bersama Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) ihwal ketersediaan air Sungai Bengawan Solo dari Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri terus dilakukan. Selain itu PDAM masih memiliki sumur dalam di wilayah tengah untuk memasok air dalam kota.

“Insya Allah aman. Kalau penurunan debit pasti ada, terutama pada beban puncak pagi hari. Tapi kalau malam ya lancar lagi,” ujarnya.

Dia menjelaskan tingkat elevasi atau ketinggian air sungai memang mempengaruhi kuantitas air yang dihasilkan. IPA Jurug menyuplai kebutuhan air untuk Kentingan, Pucangsawit, Sangkrah, dan sebagian wilayah Semanggi.

Sedangkan untuk wilayah timur dan selatan, dia mengatakan mengandalkan sumber air Cokro Tulung dan sumur dalam. Dia meminta warga pelanggan air PDAM melaporkan jika kualitas air atau air PDAM mati.

Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo meminta PDAM untuk menekan angka kebocoran pipa. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan suplai air bersih bagi warga di Kota Bengawan. “Secara bertahap harus diperbaiki sistem perpipaannya,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya