SOLOPOS.COM - Waduk Kedung Ombo yang meliputi tiga wilayah kabupaten yaitu Boyolali, Sragen, Grogoban. (Istimewa)

Solopos.com, SRAGEN — Pengolahan air Waduk Kedung Ombo (WKO) untuk mencukupi kebutuhan air bersih warga Kabupaten Sragen di wilayah Kecamatan Miri dan Sumberlawang, ternyata tak murah. Setidaknya butuh Rp200 miliar untuk mewujudkannya.

PDAM Tirtonegoro Sragen selaku perusahaan daerah penyedia air bersih terang-terangan angkat tangan. Pasalnya, butuh waktu paling tidak 25 tahun untuk bisa balik modal. Bahkan jika ditawarkan ke pihak swasta pun tak akan dilirik.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, mengaku sempat mengatakan akan mengolah air WKO untuk mencukupi kebutuhan air bersih warganya di utara Bengawan Solo tersebut. Namun setelah dihitung lagi, sulit merealisasikannya.

“Sragen sudah mendapatkan SIPA [surat izin pengambilan air] dalam jangka waktu empat tahun. Setelah dihitung, investasi pengolahan air WKO sampai ke jaringan perpipaan ke warga membutuhkan Rp200 miliar. Air WKO itu ternyata terlalu asam karena banyak kandungan pakan ikan dari keramba. PDAM tidak sanggup dengan investasi Rp200 miliar. Sempat ditawarkan ke investor juga tidak mau karena BEP butuh waktu 25 tahun,” jelasnya saat meresmikan sumur dalam di Desa Srawung, Kecamatan Gesi, Selasa (26/9/2023).

Rencana awal tak berjalan, mau tidak mau dicarikan solusi lain untuk memenuhi kebutuhan air warga dua kecamatan itu. Akhirnya didapat cara yang feasible yakni membuat sumur dalam. PDAM Sragen memiliki alat yang mampu mendeteksi cekungan air di dalam tanah.

“Meski sempat gagal tiga kali tidak apa-apa. Yang penting tidak gagal lima kali. Di Pasar RT 012 Desa Srawung ini, satu sumur ternyata bisa untuk mencukupi kebutuhan harian 58 keluarga. Lumayan,” lanjut Bupati.

Wajib Tanam Pohon

Untuk menjaga keberlangsungan sumber air dalam itu, harus ada gerakan penghijauan dengan menanam pohon di musim penghujan. Oleh karenanya, Bupati meminta warga Srawung untuk menanam pohon pada November-Desember. Pohon yang ditanam pun bukan sembarangan, yakni gayam yang mampu mengikat air lebih banyak.

“Jangan sampai dua tahun lalu airnya habis. Air ini untuk kebutuhan harian, mandi, cuci, kakus. Kalau untuk minum bisa tetapi harus direbus,” katanya.

Ketua RT 012 Dukuh Padas, Desa Srawung, Jumadi, merasa senang dengan adanya bantuan sumur dalam tersebut. Dia telah menyatakan siap untuk menggerakan warga menanam pohon gayam saat musim penghujan tiba. “Satu sumur dalam ini dapat dimanfaatkan untuk 95 jiwa dalam satu RT,” ujarnya.

Guru Besar Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof. Sri Puryono, menyampaikan kampusnya ikut membantu membangun dua sumur dalam. Satu Undip dan satu lainnya dari alumni. Bantuan itu tak lepas dari Pemkan Sragen yang proaktif berkomunikasi dengan Undip.

Sri Puryono menambahkan, persoalan air bersih saat musim kemarau terjadi tidak hanya di Sragen, tetapi Bupati dan Sekda Sragen cerdas untuk mendekati Undip. Akhirnya keluarlah bantuan untuk pembangunan dua sumur tersebut.

“Sebanyak 25 sumur dalam itu tidak sedikit, tetapi saat musim penghujan harus dibarengi dengan penanaman pohon,” pesannya.

Dirut PDAM Tirtonegoro Sragen, Hanidya Heru Prayitno, menyampaikan lokasi sumur dalam dipilih yang memiliki cadangan air terbesar. Dia memprediksi sumur dalam dengan kedalaman 60-80 meter itu bisa mencukupi kebutuhan air bersih jangka 3-4 tahun ke depan selama dikelola dan dipelihara dengan baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya