Soloraya
Minggu, 31 Desember 2023 - 14:49 WIB

PDIP Boyolali: Satu Korban Penganiayaan oleh TNI Bukan Relawan Ganjar-Mahfud

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ketua DPC PDIP Boyolali, Susetya Kusuma DH (kiri), didampingi Sekretaris DPC PDIP Boyolali, Marsono, saat konferensi pers di kantor DPC PDIP Boyolali, Minggu (31/12/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — DPC PDIP Boyolali mengungkapkan ada enam orang yang menjadi korban penganiayaan oleh anggota TNI di depan asrama Kompi Senapan B Yonif Raider 408/Suhbrastha Boyolali, Sabtu (30/12/2023).

Ketua DPC PDIP Boyolali, Susetya Kusuma DH, menyampaikan satu dari enam korban itu bukan lah relawan Ganjar-Mahfud tapi warga biasa yang kebetulan berada di lokasi dan merekam kejadian. Dua dari enam korban masih dirawat di rumah sakit.

Advertisement

“Tidak hanya pendukung kami, tapi juga ada warga yang kebetulan lewat jadi korban amukan beberapa oknum TNI yang merupakan anggota dari kesatuan Kompi 408,” kata Susetya dalam konferensi pers di kantor DPC PDIP Boyolali, Minggu (31/12/2023) siang.

Lebih lanjut, ia menjelaskan penganiayaan itu terjadi saat para relawan Ganjar-Mahfud dalam perjalanan pulang dari menghadiri kegiatan calon presiden nomor urut 03, Ganjar Pranowo, di Lapangan Bangsalan, Teras, Boyolali, Sabtu (30/12/2023).

Advertisement

Lebih lanjut, ia menjelaskan penganiayaan itu terjadi saat para relawan Ganjar-Mahfud dalam perjalanan pulang dari menghadiri kegiatan calon presiden nomor urut 03, Ganjar Pranowo, di Lapangan Bangsalan, Teras, Boyolali, Sabtu (30/12/2023).

Pertama ada relawan Ganjar-Mahfud yang melintas ke arah barat sekitar pukul 10.00 WIB. Saat relawan Ganjar-Mahfud itu sampai di sekitar asrama Kompi Senapan B Yonif Raider 408/Suhbrasta, mereka dilempari batu dan diadang dengan gebuk bambu.

Selang satu jam kemudian, sekitar pukul 11.19 WIB, lewat lagi relawan Ganjar-Mahfud yang lain. Mereka langsung diadang, dipukul, ditendang, dan diseret ke dalam markas. Susetya menjelaskan sebelum pengadangan tidak ada peringatan, imbauan, atau komunikasi terlebih dahulu untuk tidak lewat di lokasi kejadian.

Advertisement

Korban Trauma

Ia menjelaskan satu korban yatim-piatu itu berusia 21 tahun dan berasal dari Desa Genting, Cepogo, Boyolali. Susetya mengaku prihatin. Menurutnya, aparat yang seharusnya melindungi warga dan menjadi tameng saat terjadi gangguan di Indonesia justru memusuhi masyarakat.

“Apalagi masih muda yang masih punya kesempatan banyak. Belum lagi kami pikirkan ketika ini nanti keluar dari rumah sakit cacat. Semua kan masih proses di rumah sakit, bagaimana keluarganya saat ini? Bagaimanakah psikis dari anak itu dari keluarga ini?” kata dia.

Ia juga menyampaikan perwakilan TNI sudah datang menjenguk sambil membawa oleh-oleh. Namun, oleh keluarga korban sudah dikembalikan pada Minggu pagi. Susetya menyampaikan pengembalian itu bukan dari inisiatif DPC PDIP, akan tetapi dari keluarga korban.

Advertisement

“Itu merupakan salah satu bentuk dari keluarga, saking marahnya dan tidak terimanya perlakuan-perlakuan dari oknum aparat 408,” kata dia.

Susetya mengatakan para korban mengalami trauma. Terlebih, lanjut dia, perlakuan tersebut dari para tentara dengan jumlah kurang lebih 20 orang.

Lebih lanjut, Susetya menyampaikan keluarga korban telah melaporkan kejadian tersebut ke Denpom 4 Surakarta. Walaupun begitu, DPC PDIP Boyolali akan berada di belakang keluarga korban dan memfasilitasi segala sesuatunya.

Advertisement

Ia juga menjelaskan DPC PDIP Boyolali akan bertanggung jawab terkait perawatan para korban hingga sembuh. “Bahkan nanti [semisal] ada cacat permanennya, tentu kami bertanggung jawab. Kasihan, apalagi ada anak yatim-piatu,” kata dia.

Susetya juga berkoordinasi dengan Tim Pemenangan Daerah (TPD) dan Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud untuk memberikan pendampingan hukum. Ia menjelaskan pada Minggu sore, TPN, TPD, rencananya Ganjar Pranowo akan datang menjenguk korban.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif