Soloraya
Senin, 2 Mei 2011 - 23:15 WIB

Pedagang sekitar RS Moewardi ancam lapor Gubernur

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gedung RSUD dr Moewardi, Solo

 

Solo (Solopos.com) – Paguyuban Pedagang Morodadi timur RSUD dr Moewardi Solo memberi waktu sepekan kepada manajemen rumah sakit guna merespons surat permohonan pembukaan kembali pintu Gedung Mawar-Melati.
Bila manajemen RS tidak memberikan tanggapan, paguyuban akan melayangkan surat kepada Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Bibit Waluyo. Penegasan itu disampaikan Bendahara Paguyuban Morodadi, Sri Haryati, Senin (2/5) di kiosnya. ”Sejauh ini sudah 12 hari sejak surat kami layangkan tidak ada perkembangan, pintu Mawar-Melati tetap ditutup. Bila seperti ini terus kami akan kirim surat tembusan yang memang sudah disiapkan ke Gubernur,” katanya.

Advertisement

Gedung RSUD dr Moewardi, Solo

Sri menjelaskan sebelumnya surat protes yang ditujukan kepada Direktur RSUD dr Moewardi disampaikan kepada Subag Rumah Tangga RS Sabtu (23/4). Tiga hari setelahnya, Selasa (26/4) surat tembusan dilayangkan kepada Walikota Solo, Joko Widodo (Jokowi). Begitu juga surat tembusan kepada Komisi III DPRD Solo sudah dilayangkan.
Isi surat sikap keberatan pedagang ihwal kebijakan penutupan pintu yang menuju Gedung Melati-Mawar. Sebab pintu itu merupakan akses utama konsumen pedagang yang notabene keluarga pasien. Selain penutupan pintu pedagang khawatir mengenai rencana penutupan “jendela” kios/warung yang menghubungkan dengan bagian dalam RS.
Padahal selama ini menurut pedagang cukup banyak pedagang keliling yang beroperasi di dalam RS. Sri mengaku masih menunggu respons Komisi III DPRD Solo guna memfasilitasi persoalan dengan RSUD dr Moewardi. Sekretaris Komisi III, Umar Hasyim, menjelaskan jajaran Direksi RSUD dr Moewardi akan dipanggil untuk memberikan penjelasan Rabu (4/5) di Gedung Dewan.
”Kalau bisa Dirut langsung hadir. Agenda pokok klarifikasi dan penyelesaian persoalan. Kami juga panggil perwakilan pedagang,” terang dia.
Sementara Kasubag Hukum dan Humas RSUD dr Moewardi, Mulyati, mengakui telah mengetahui ihwal surat protes pedagang. Hanya saja menurut dia, penutupan pintu Mawar-Melati merupakan kebijakan bersama dan matang sehingga harus dilanjutkan. Termasuk rencana penutupan “jendela” warung akan dilaksanakan kendati secara bertahap.
Mulyati mengaku heran terhadap reaksi pedagang. Sebab masih ada pintu dekat Bangsal Cendana yang dibuka 24 jam sehari yang dapat diakses menuju kios pedagang. ”Kenapa mereka persoalkan. Padahal ada pintu Cendana. Seharusnya pedagang tidak persoalkan penutupan pintu,” tegas dia.

kur

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif