SOLOPOS.COM - Pengurus Forasi Sragen, Sasa Widya (kiri) berada di samping poster yang berisi gambar ponsel dengan hiasan kertas-kertas kecil harapan para remaja yang ditempelkan di Alun-alun Sragen, Minggu (16/7/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Para pelajar SMP hingga SMA atau berumur 13-18 tahun di Sragen rentan terhadap kekerasan online di media sosial (medsos).

Mereka mengakses internet rata-rata di atas 12 jam per hari. Mereka juga memiliki medsos minimal 2-3 medsos, bahkan ada juga yang memiliki enam medsos, di antaranya Tiktok, Instagram, Facebook, Youtube, dan seterusnya.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Data-data itu diperoleh Forum Anak Sukowati (Forasi) bersama Yayasan Setara dan Unicef saat menjaring pendapat para remaja di Alun-alun Sasana Langen Putra Sragen, Minggu (16/7/2023). Para remaja mengisi pendapatnya dalam kertas kecil yang disiapkan tanpa menyebut nama.

Ada tiga pertanyaan yang diajukan, yakni berapa lama mengakses internet? Ada berapa medsos yang dimiliki? Pernahkan mengalami kekerasan di medsos.

Perwakilan Yayasan Setara Jawa Tengah (Jateng), Hidayatus Sholihah, saat berbincang dengan Solopos.com, menerangkan para remaja itu mengisi dengan catatan di kertas kecil dan ternyata hasilnya mengagetkan. Dia mengungkapkan ada anak yang pernah mengalami kekerasan di medsos, seperti cyber bullying, mendapat chat berbau seksual, dan seterusnya.

“Hasilnya memang belum dihitung tetapi isinya bisa diketahui. Ada yang memiliki enam medsos dan minimal 2-3 medsos. Mereka mengakses internet juga bervariasi, ada yang delapan jam, 12 jam, bahkan ada yang 24 jam kalau capai istirahat,” ujarnya, Minggu pagi.

Hida menerangkan Sragen ini menjadi dampingan dari Yayasan Setara dan Unicef untuk mencegah dan menangani online child sexual exploitation and abuse (OCSEA) atau pencegahan kekerasan sesual pada anak di ranah online.

Dia mengatakan fakta yang didapat dari pertanyaan itu ternyata menunjukkan situasi pada anak yang rentan menghadapi kekerasan di media sosial.

“Hasil pertanyaan itu nanti bisa menjadi dasar bagi Forasi untuk menginformasikan kepada masyarakat Sragen bahwa ternyata banyak anak yang mengakses internet dalam waktu lama. Untuk pencegahan terhadap situasi rentan itu, harapannya ada pencegahan dari orang tua dan dari anak-anak sendiri,” ujarnya.

Dia menerangkan anak-anak diberi aktivitas lain agar tidak terlalu lama bermain di Internet. Dia mengatakan kebetulan Yayasan Setara dan Unicef memberi pelatihan ke sekolah-sekolah untuk pencegahan terkait dengan OCSEA dengan sasaran anak dan guru.

“Bagaimana menyikapi internet dengan bijak dan menjaga bareng supaya mengakses internet dengan sehat,” ujarnya.

Sekretaris Forasi Sragen, Sasa Widya, menyampaikan Forasi bersama Yayasan Setara melakukan sosialisasi pencegahan OCSEA. Dia mengatakan anak-anak yang mengakses Internet lama itu biasanya nge-game, bermain di Tiktok, dan media sosial lainnya sehingga rentan terhadap kekeran online.

Sasa mencontohkan misalnya diserang buzzer di Internet itu bisa membuat mental anak down sehingga tidak mau bersosialisasi dengan temannya karena trauma.

“Dalam momentum ini pula, kami juga kampanye aja kawin bocah yang menjadi program Provinsi Jawa Tengah. Kami juga membuat permainan untuk remaja yang membuat suasana seru dan mengasyikkan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya