Solopos.com, KARANGANYAR — Seorang pelajar kelas IX salah satu sekolah menengah pertama (SMP) negeri di Kabupaten Karanganyar melahirkan di rumah sakit awal pekan ini. Sekolah belum mengambil tindakan khusus perihal kasus tersebut.
Pertimbanganya kesehatan fisik dan mental pelajar tersebut seusai melahirkan. Selain itu, sekolah masih menanti kesiapan orang tua siswa.
Informasi yang dihimpun Solopos.com dari berbagai sumber, seorang pelajar SMP favorit di Kabupaten Karanganyar melahirkan di salah satu rumah sakit di Karanganyar pada Senin (23/8/2021) malam. Kepala SMP tempat anak tersebut menuntut ilmu membenarkan kondisi salah satu siswanya.
Baca Juga: Tak Terlihat 3 Hari, Perempuan Gondangrejo Karanganyar Ditemukan Meninggal di Rumahnya
Baca Juga: Tak Terlihat 3 Hari, Perempuan Gondangrejo Karanganyar Ditemukan Meninggal di Rumahnya
Kasek menyebutkan perwakilan guru dan wali kelas siswa itu sudah menjenguk ke rumah sakit. “Bayi sehat. Ibunya juga sehat. Tetapi kan anak baru naik kelas IX kemarin itu, melahirkan anak pertama. Bocah cilik umur 14 tahun sampai 15 tahun. Ya pasti tetap butuh perhatian,” kata Kasek kepada Solopos.com, Kamis (26/8/2021).
Ia mengakui sekolah belum mengambil tindakan tertentu terhadap siswa bersangkutan. Bahkan, ia menyebut sekolah belum menggelar pertemuan atau pembicaraan secara formal perihal kondisi salah satu siswanya.
Baca Juga: Wisata Grand Sondokoro Karanganyar Uji Coba Buka Sabtu dan Minggu
Kasek mengaku prihatin terhadap kondisi salah satu siswanya itu. Betapa berat beban yang dialami pelajar tersebut. Pada kesempatan itu, ia menegaskan sekolah tidak akan tergesa-gesa mengambil keputusan.
Dia menyerahkan keputusan kepada orang tua siswa yang bersangkutan. Terutama berkaitan dengan masa depan anak. “Saya memahami kondisi. Barangkali orang tua masih kaget. Kami belum tahu pikiran si anak dan orang tua seperti apa. Kami belum bisa mengambil keputusan apa pun soal kelanjutan pendidikan si anak,” ujarnya.
Dia juga memastikan sekolah akan mengambil keputusan secara bijaksana dan adil dengan mempertimbangkan pendapat orang tua dan siswa yang bersangkutan. Pada sisi lain, kepala sekolah mengaku belum berkoordinasi dengan instansi lain berkaitan dengan pendampingan psikologi dan kebutuhan pelajar.
“Misal orang tua ingin agar anaknya merawat bayi di rumah. Itu silakan. Yang jelas, kami belum ada rencana apa pun. Sementara biar bersama keluarga dulu. Belum ada [instansi yang berkoordinasi soal pendampingan terhadap siswa]. Tapi tidak tahu kalau sudah ke rumah.”