SOLOPOS.COM - Kondisi lahan bekas pendapa Dalem Kepatihan atau bekas TK Taman Putera Mangkunegaran Solo yang sudah dibongkar, Jumat (13/1/2023). (Solopos/Putut Hartanto)

Solopos.com. SOLO — Anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Solo, Susanto, meyakini telah terjadi kerusakan Pendapa Dalem Kepatihan Mangkunegaran saat dibongkar kendati pemiliknya hanya bermaksud merestorasi atau tak ingin menghancurkan bangunan cagar budaya itu.

“Oh ya jelas. Pasti ada yang hancur. Dalam penanganan bangunan cagar budaya tidak bisa sembarangan orang membongkar, mendirikan, membangun. Itu harus ahlinya,” ungkapnya saat diwawancara Solopos.com, Minggu (15/1/2023).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Susanto mencontohkan penanganan bangsal di Keraton Kasultanan Yogyakarta yang ambruk ketika terjadi gempa besar belasan tahun lalu. Untuk memasang bangunan itu harus dilakukan arsitek yang memang spesialisasinya terkait bangunan cagar budaya.

“Harus dipasang dengan komponen-komponen sesuai dengan bentuk soko guru. Lah kalau [Pendapa Kepatihan Mangkunegaran] dihancurkan, itu sudah menghancurkan meski dikembalikan,” tuturnya.

Susanto juga mencontohkan penanganan terhadap Museum BI di Kota Lama, Jakarta. Ketika akan dilakukan penggantian lantai berwarna cokelat karena kondisinya rusak, harus diberi tanda. Tujuannya agar lantai aslinya tetap diketahui.

Susanto menjelaskan setiap bagian dari Pendapa Dalem Kepatihan Mangkunegaran Solo berstatus sebagai cagar budaya. Sehingga saat pemilik lahan membongkar pendapa itu, termasuk membongkar lantai, dipastikan terjadi kerusakan.

Susanto mengecek kondisi bekas lokasi Pendapa Dalem Kepatihan Mangkunegaran dari beberapa video yang dikirim Solopos.com. “Oh ya, oh itu lantainya sudah hancur itu. Sudah dibongkari. Sangat jelas rusak ini,” sambungnya.

Susanto berharap pembongkaran Pendapa Dalem Kepatihan Mangkunegaran menjadi pelajaran penting bagi warga dan Pemkot Solo. Sebab menurut dia kota ini merupakan kota budaya yang kaya dengan benda-benda maupun bangunan cagar budaya.

Susanto tidak ingin preseden buruk pembongkaran Pendapa Dalem Kepatihan Mangkunegaran terulang ke bangunan-bangunan cagar budaya lain di Solo. Apalagi menurut dia sebenarnya kejadian seperti itu sudah kerap terjadi di Solo.

“Oh iya, ini pernyataan penting sekali. Ini pasti akan terulang, pasti akan terulang. Contoh Benteng Vastenburg, akhir Orde Baru, awal reformasi, masih utuh loh. Ruang-ruang itu masih ada. Bagaimana bisa menghilangkan ruang-ruang itu,” tanya dia.

Susanto menduga ada unsur kesengajaan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dalam rusak dan hilangnya bangunan-bangunan cagar budaya di Solo. Modus yang dilakukan dengan membeli aset, kemudian membiarkannya rusak.

“Berarti kan memang ada satu pola yang sama dalam perlakuan terhadap cagar budaya. Dibeli, kemudian dibiarkan rusak. Lah kalau sudah rusak, dibangun baru. Itu di mana-mana, modusnya begitu. Jadi mereka hanya ingin menguasai lahan,” urainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya