Soloraya
Minggu, 1 Agustus 2021 - 21:50 WIB

Pelaku Usaha Empon-Empon Boyolali Ikut Terpukul Dampak PPKM Darurat

Bayu Jatmiko Adi  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang pedagang empon-empon di Pasar Besar Madiun menata jahe di lapaknya, Jumat (6/3/2020). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

Solopos.com, BOYOLALI — Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat dan PPKM level di Boyolali berdampak pada pelaku usaha di berbagai sektor, tak terkecuali usaha empon-empon.

Seperti diketahui, PPKM darurat yang berlangsung pada 3-20 Juli dan dilanjut dengan PPKM level hingga saat ini mengatur berbagai macam pembatasan aktivitas masyarakat. Hal itu ditujukan untuk menangani dan meminimalkan persebaran Covid-19.

Advertisement

Salah satu pengusaha empon-empon di wilayah Nogosari, Kabupaten Boyolali, Suwarno, mengatakan penjualan empon-empon sebenarnya mengalami peningkatan saat pandemi Covid-19. Hanya, pengiriman barang ke luar daerah menjadi terhambat akibat penyekatan jalan di sejumlah lokasi selama PPKM darurat.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Boyolali Menurun, Sudah Sepekan di Zona Kuning

Advertisement

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Boyolali Menurun, Sudah Sepekan di Zona Kuning

“Pengirimannya yang terhambat, karena ada penyekatan-penyekatan. Sebetulnya daerah yang mengeluarkan empon-empon juga sama sekali tidak boleh keluar. Ini kendala saya untuk memproses, untuk pengiriman barang juga sulit,” kata pelaku usaha empon-empon Boyolali itu dalam rilis yang diterima Solopos.com, belum lama ini.

Ia mengatakan empon-empon yang dijualnya biasanya dipesan oleh pelanggan baik yang ada di Jawa maupun luar Jawa. Untuk wilayah luar Jawa di antaranya Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. Sedangkan Pulau Jawa biasa dikirim ke Jakarta.

Advertisement

Baca Juga: Sepi Hajatan Gegara Pandemi, Pengusaha Boyolali Ini Obral Murah Sound System untuk Beli Beras

Namun dengan adanya PPKM, pelaku usaha empon-empon Boyolali itu hanya bisa mengirim lima kuintal hingga satu ton saja melalui pemesanan online. Sementara itu, PPKM darurat-level juga berdampak pada usaha ternak ayam.

Peternak ayam di Desa Pusporenggo, Boyolali, Raditya Herlambang, mengaku kesulitan dalam melepas ayam-ayamnya ke pasaran karena permintaan berkurang. Aktivitas masyarakat yang dibatasi juga berdampak pada penjualan barang di pasar. “Apalagi orang punya hajat juga dibatasi, tidak ada perayaan [pesta],” katanya, belum lama ini.

Advertisement

Baca Juga: Presiden Jokowi Minta Ngemplak Boyolali Disiapkan Jadi Percontohan Pertanian Terintegrasi

Pada Jumat (30/7/2021), pelaku usaha persewaan sound system asal Nogosari, Riyanto, terpaksa harus menjual perangkat sound system miliknya karena sepi order. “Dua tahun tidak ada order. Hari ini misalnya ada order, besok tiba-tiba dibatalkan,” katanya, Minggu (1/8/2021).

Ia mengaku beberapa hari ini harus membawa perangkat sound system miliknya ke pinggir jalan untuk dijual, karena untuk mencukupi keperluan sehari-harinya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif