SOLOPOS.COM - Calon penumpang antre naik BRT Trans Jateng Solo-Wonogiri di halte Terminal Tipe C depan Pasar Kota Wonogiri, Selasa (8/8/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Pelaku usaha wisata di Wonogiri menyayangkan Pemkab yang belum bisa memaksimalkan potensi peningkatan kunjungan wisatawan dengan hadirnya layanan Bus Rapid Transit atau BRT Trans Jateng Solo-Wonogiri per 8 Agustus 2023 lalu.

Selain peningkatan sumber daya manusia (SDM) pelaku usaha pariwisata, mereka menilai perlu ada integrasi antarobjek wisata untuk pengembangan sektor wisata di Wonogiri. 

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pemilik sekaligus pengelola objek wisata Gunung Gandul Hill Top, Arif Musa, mengatakan sektor pariwisata di Wonogiri belum terkelola dengan baik. Pemerintah belum bisa mengoordinasikan pelaku wisata sekaligus mengintegrasikan destinasi-destinasi wisata yang ada.

Sistem informasi pariwisata pun belum terbangun dengan baik. Hal itu berakibat pada kebingungan wisatawan, termasuk mereka yang datang menggunakan layanan BRT Trans Jateng Solo-Wonogiri.

Musa menyampaikan Pemkab Wonogiri perlu menyiapkan tourist information center (TIC). Hal itu berguna untuk memberikan informasi kepada wisatawan dari luar Wonogiri soal potensi-potensi wisata di Wonogiri. Dengan begitu, mereka tidak bingung seperti yang kerap terjadi sekarang ini.

Tetapi sebelum itu, sambung dia, perlu dibenahi pula objek-objek wisata di Wonogiri. Pemkab punya wewenang untuk membenahi itu. Menurutnya, pembenahan sektor wisata itu antara lain melalui standardisasi pelayanan. Di dalamnya termasuk peningkatan SDM pelaku wisata dan fasilitas objek wisata.

“Ini yang belum digarap. Selama ini kan kami jalan sendiri. Tidak ada koordinasi. Yang memiliki kewenangan itu ada pada Pemkab Wonogiri. Mereka sebagai fasilitator,” kata Musa kepada Solopos.com, Rabu (13/9/2023).

Integrasi Antarobjek Wisata

Menurut dia, Wonogiri mempunyai potensi besar untuk menjadi daerah tujuan wisata alam. Tetapi potensi itu harus digarap bersama-sama. Untuk menjadi daerah tujuan wisata, antara pelaku wisata baik swasta maupun yang dikelola pemerintah harus terintegrasi.

Dengan demikian, orang datang ke Wonogiri tidak hanya berkunjung ke satu wisata, melainkan ke wisata-wisata lain di sekitarnya. Musa menguraikan semakin banyak tempat wisata yang terintegrasi, wisatawan dari luar Wonogiri memiliki banyak pilihan destinasi.

Dengan banyaknya destinasi itu, efeknya Wonogiri bakal menjadi jujugan wisatawan. Bila perlu, ujarnya, ada paket-paket wisata di Wonogiri.

“Orang datang ke suatu daerah dengan tujuan wisata, pasti mereka ingin kalau bisa tidak hanya berkunjung ke satu objek wisata, tetapi ke beberapa objek wisata lain di daerah itu,” ucap dia.

Dia menambahkan sampai sekarang ini, dengan adanya layanan BRT Trans Jateng Solo-Wonogiri belum tampak pengaruhnya terhadap kunjungan ke objek wisata di Wonogiri. Menurutnya, hal itu menandakan Pemkab Wonogiri belum bisa menangkap potensi peningkatan kunjungan wisata dari hadirnya layanan BRT Trans Jateng. 

“Mereka yang datang ke sini masih bingung mau main atau berkunjung ke mana, selain pasar. Di sisi lain, belum ada dukungan transportasi umum yang langsung menuju ke objek-objek wisata di sekitar pusat kota Wonogiri,” ucapnya.

Direktur BUM Desa Sendang Pinilih Wonogiri, Narno, mengatakan selama ini objek wisata di Desa Sendang seperti Watu Cenik dan Puncak Joglo, termasuk paket desa wisata yang dikelola BUM Desa belum ada kenaikan jumlah pengunjung meski ada layanan BRT Trans Jateng.

Kurang Promosi

Selama ini wisatawan yang berkunjung ke objek wisata di Desa Sendang masih didominasi wisatawan yang naik kendaraan pribadi sepeda motor. Hal itu dipahami karena tidak ada trayek angkutan umum yang menuju ke objek wisata di Desa Sendang meski berdekatan dengan objek wisata Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri.

“Saya rasa perlu penyediaan kendaraan shuttle yang menuju ke objek-objek wisata untuk wisatawan yang datang dari luar Wonogiri itu yang pakai BRT itu ya,” kata Narno.

Menurut Narno, sebenarnya Pemkab Wonogiri sudah pernah berupaya untuk meningkatkan kualitas SDM pelaku wisata, salah satunya dengan pelatihan-pelatihan. Tetapi hal itu belum cukup.

Dia menilai saat ini promosi sektor wisata di Wonogiri masih minim, sehingga wajar belum banyak orang tahu di Wonogiri memiliki banyak potensi objek wisata. 

“Kalau dilihat, memang penumpang-penumpang BRT yang datang ke Wonogiri itu masih banyak yang hanya pergi ke pasar, belum ke objek-objek wisata ya. Perlu juga mungkin Pemkab menyiapkan tour guide untuk wisatawan,” ucap dia. 

Sebelumnya, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Wonogiri, Haryanto, tidak memungkiri memang masih perlu melakukan promosi wisata. Sementara ini, promosi wisata belum dilakukan secara masif.

Tetapi menurutnya hal itu bukan hanya tugas Pemkab Wonogiri, melainkan tugas bersama termasuk pelaku-pelaku wisata. “Iya ini PR [pekerjaan rumah] kita bersama untuk meningkatkan branding dan promosi wisata,” kata Haryanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya