SOLOPOS.COM - Buah tin di Dusun Norogo, Desa Pokoh Kidul, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri (Bayu Jatmiko Adi/JIBI/Solopos)

Peluang usaha agrobisnis dengan mengembangkan buah tin kini

Solopos.com, WONOGIRI – Sejak 2006 lalu, pembudidayaan pohon tin di Dusun Norogo, Desa Pokoh Kidul, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri muncul. Berkat kerja sama dengan perguruan tinggi, proses pembudidayaan terus berkembang. Munculnya budidaya pohon tin dimulai ketika salah satu warga, Tumino, 46, tertarik dengan tanaman asalnya dari Asia Barat tersebut.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Ada saudara di Jakarta yang punya bibit itu. Saya diberi cangkokannya, kemudian saya bawa pulang. Sebelumnya tidak tahu apa manfaatnya. Saya tahunya kalau tanaman itu berasal dari Arab,” kata dia saat ditemui solopos.com di Nogoro belum lama ini. Baru pada 2013 lalu warga mengetahui bahwa buah tersebut memiliki banyak manfaat.

Selain bisa untuk konsumsi, kandungan buah tin dipercaya memiliki manfaat bagi kesehatan manusia. Warga lain pun mulai mencoba mengembangkan pohon tin.

“Saat itu mulai dikembangkan dari rumah ke rumah. Ada 12 orang yang ikut mengembangkan. Dari situ kemudian digagas kelompok pengembang buah tin, dan pada 13 Agustus 2013 dibentuk posdaya [pos pemberdayaan] Lancar Barokah,” kata dia.

Dipasaran, harga buah tin ternyata cukup tinggi, yaitu Rp5.000 setiap satu ons. Dari potensi tersebut pengembangan tanaman tin terus ditingkatkan. Hingga saat ini sudah ada 49 orang yang terjun mengembangkan tin.

Menurut Tumino, penanaman buah tin cukup mudah. Setelah bibit dari hasil cangkokan ditanam dalam polibek selama 35 hari, tanaman sudah dapat ditanam di lahan terbuka. Hanya saja tanaman tin harus selalu cukup air. Setelah lebih dari empat bulan, pohon tersebut sudah dapat berbuah. Saat musim hujan, tin dapat dipanen dua kali dalam sepekan.

Tak lama kemudian warga pun mulai mencoba membuat olahan dari buah tersebut. Di antaranya diolah menjadi sirup, minuman seduh dan sari tin.

“Kemudian pada Agustus 2015, kami mendapatkan bantuan dari Universitas Veteran Bina Nusantara, Sukoharjo. Dari pihak kampus, diarahkan untuk menjadi agrobisnis. Bantuan berupa sukarelawan dari kampus pun menjadi motivasi bagi kami. Kami mendapatkan bantuan untuk mendapatkan legalitas produk. Kami sangat berterima kasih. Baru berumur 2,5 tahun sudah mendapatkan legalitas,” kata dia.

Menurut Ketua Posdaya Lancar Barokah, Jarno, pembudidayaan tin di wilayahnya selalu mempertahankan sistem organik.

“Semua kami awali secara organik, dan kami akan mempertahankannya. Pupuk kami buat sendiri dari kotoran hewan. Tujuannya agar produk tin lebih sehat,” kata dia.

Selain itu meski dari Posdaya berharap pembudidayaan tin di Nogoro terus meluas, namun pihaknya tidak menjual bibit. Hasil dari pengembangan tin juga hanya dijual dalam bentuh produk olahan jadi.

“Kami tidak jual bibit. Kalau ada yang mau, kami beri. Tapi setelah berbuah, hasilnya harus dijual ke Posdaya Lancar Barokah,” kata dia.

Hal itu untuk menyiasati agar kebutuhan bahan baku buah tin tidak menipis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya