SOLOPOS.COM - Pemusik etnik, Yusuf Beny, 28, menggelar pertunjukan musik etnik Dayak di Koridor Gatot Subroto, Sabtu (2/3/2024) malam. Pemusik yang lengkap dengan kostum etnik di Gatsu ini rupanya orang asli Nusukan, Banjarsari, Solo. (Solopos.com/Ahmad Kurnia Sidik)

Solopos.com, SOLO–Di Koridor Gatot Subroto (Gatsu) saat akhir pekan selalu terdengar alunan musik etnis di sisi timur Jl Gatot Subroto atau Koridor Gatsu.

Pemusik itu dengan tenang memainkan Sape, alat musik tradisional khas Kalimantan Timur. Sape sendiri alat musik petik yang kerap digunakan sebagai pengiring acara adat masyarakat suku Dayak.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pemusik itu Yusuf Beny Setiawan, 28, warga asal Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Solo. Saat mengamen di Solo is Solo Gatsu, Beny juga mengenakan pakaian serupa Burai King asal Kalimantan Timur.

Singkatnya, Beny mengenal alat musik Sape sejak 2015, saat ia berkuliah di Jurusan Etnomusikologi, Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Karena memiliki banyak teman kuliah yang berasal dari Kalimantan Timur serta menurutnya, Sape memiliki daya tarik tersendiri, sejak saat itu dia mendalami Sape secara khusus dan kebudayaan Dayak secara umum.

Beny bercerita selain belajar dari teman-temannya dia juga mengeksplorasi Sape melalui YouTube.

Beny mulai mengamen di Gatsu sejak Februari 2023. Mulanya dia tidak berkostum. Namun, karena ingin tampil totalitas, ia mulai merakit sendiri kostum yang menyerupai pakaian adat Dayak.

Temannya yang mengetahui keseriusan Beny sekaligus tahu betapa mahal harga sewa, kemudian memberinya satu set kostum yang bisa digunakan Beny untuk manggung.

“Sewa kostum Rp150.000 sekali sewa. Lalu saya beli bahan kemudian merakitnya dengan belajar dari YouTube,” kata dia saat diwawancara Solopos.com, Minggu (3/3/2024) malam.

Tiap malam Minggu di Gatsu, Beny biasanya mendapatkan sumbangan dari pengunjung sekitar Rp150.000. Sementara, di malam Sabtu dia hanya mendapat sumbangan di bawah Rp100.000.

Sebab mahir memainkan Sape dan berkostum ala Dayak, Beny kerap dianggap sebagai orang Dayak. Berbagai pertanyaan tentang musik atau budaya Dayak kerap diterima Beny.

Meski bukan orang Dayak, tapi sudah mendalami musiknya lebih dari delapan tahun, Beny tak keberatan menjawabnya. Bagi dia, di situlah nilai lain dari pertunjukannya.

“Sering. Orang banyak nanya saya dari Dayak atau pernah merantau di Kalimantan mana gitu. Wah saya asli Solo,” katanya menirukan obrolan bersama pengunjung.

Saat ini, selain ngamen di Gatsu, Beny juga menjadi bagian dari duo Yusuf & Beny yang kerap mengulik musik dengan Sape. Karya yang lahir dari duo itu diunggahnya di YouTube dan Spotify.

Terkadang, Beny juga ikut grup musik untuk mengamen di kafe. Namun kali ini, ia justru menjadi drummer. Beny berharap, pertunjukan musik etnis di Solo bisa menjadi secuil potret toleransi antarbudaya di Solo.

“Saya harap demikian [wujud toleransi dan pluralisme],” imbuh dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya