SOLOPOS.COM - Warga Gajahan RT 003/RW 002 berada di dekat lokasi pembangunan saluran IPAL yang digenangi air hujan. Genangan air itu akan meluap ke pemukiman penduduk di sekitarnya saat hujan turun. Foto diambil Kamis (6/12/2012). (JIBI/SOLOPOS/Muhammad Khamdi)

Warga Gajahan RT 003/RW 002 berada di dekat lokasi pembangunan saluran IPAL yang digenangi air hujan. Genangan air itu akan meluap ke pemukiman penduduk di sekitarnya saat hujan turun. Foto diambil Kamis (6/12/2012). (JIBI/SOLOPOS/Muhammad Khamdi)

SOLO – Pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di Kelurahan Gajahan RT 003/RW 002 dikeluhkan warga sekitar. Pengelola proyek dituding tidak memerhatikan lumpur tanah dari hasil pengerukan. Akibatnya, lumpur tanah meluber ke perkampungan penduduk sehingga menimbulkan drainase dan saluran air di kampung mampet.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

“Kemarin pas hujan deras, daerah sini banjir. Padahal kondisi sebelumnya tidak banjir. Ini karena pengelola proyek tidak segera membuang lumpur tanah,” jelas Suyatno, 52, Kamis (6/12/2012). Suyatno mengeluhkan luapan air dari pembangunan IPAL yang dimulai sekitar 10 hari lalu. Menurut Suyatno, lokasi pembangunan IPAL merupakan sumber mata air yang mana kerap menimbulkan genangan air. “Masalah lainnya, lumpur tanah hasil pengerukan malah menghalangi jalan kampung. Pembangunan IPAL juga mepet dengan tembok rumah, ya kekhawatiran saya bisa terjadi longsor, apalagi sekarang musim hujan,” timpal Hendriadi, 47, yang rumahnya bersebelahan dengan pembangunan IPAL.

Lebih lanjut, Suyatno menerangkan pembangunan IPAL terkesan buru-buru. Sebab, sosialisasi dari pengelola proyek dan DPU kepada warga dilakukan secara cepat tanpa musyawarah mufakat terlebih dulu. “Warga diajak rapat membahas pembangunan IPAL, tapi konsepnya sudah jadi. Ya, gimana warga mau membantah,” jelasnya.

Keluhan senada diungkapkan tokoh pemuda Gajahan, Ridho Taqobbalallah. Dia menyayangkan pengelola proyek yang tidak memerhatikan akses jalan. “Lumpur tanah yang diletakkan di pinggir jalan kampung sangat mengganggu pengguna jalan. Kenyamanan warga jadi terganggu. Semestinya lumpur tanah langsung dibuang, jangan dibiarkan di pinggir jalan, kalau hujan bisa meluber ke selokan kampung,” ujar Ridho.

Menanggapi hal itu, Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Gajahan, Tri Mulyo, menerangkan pembuangan lumpur tanah dilakukan bertahap. “Kami sudah melakukan sosialisasi dengan warga. Dalam sosialisasi itu hadir pula pengelola proyek, DPU, pihak kelurahan dan tokoh lainnya,” jelas Tri. Menurut Tri, pembangunan IPAL memakan waktu sekitar 70 hari dengan menggunakan anggaran dana dari pemerintah Kota Solo sekitar Rp350 juta.

Sementara itu, Lurah Gajahan, Irianto, mengatakan sudah menegur pengelola proyek. “Kami sudah panggil ke sini dalam rangka koordinasi mengenai berbagai keluhan dari warga. Semua pihak sudah menyanggupi untuk membuang limbah tanah dari pengerukan pembuatan sanitasi itu,” jelas Irianto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya