SOLOPOS.COM - Ilustrasi rumah di pinggir jalan (Solopos.com)

Pembangunan kota Solo, akademisi menilai kampung merupakan representasi wajah dan budaya masyarakat Kota Solo.

Solopos.com, SOLO–Akademisi mendorong Pemkot Solo untuk memfokuskan pembangunan ke wilayah perkampungan. Kampung merupakan representasi wajah dan budaya masyarakat di Kota Bengawan. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Ikatan Sosiologi Indonesia, Arie Sudjito, mengatakan pembangunan yang menanggalkan nilai-nilai kemanusiaan akan berdampak buruk pada peradaban.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Kalau bicara mengenai Solo, ya wilayah perkampungannya. Solo itu terkenal sebagai kota budaya yang memegang erat nilai-nilai Jawa. Jadi, pembangunan wilayah perkampungan juga harus diperhatikan,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com seusai menjadi narasumber di acara seminar dan conference Urban Crisis di aula Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UNS, Selasa (8/12/2015).

Menurut dia, monopoli kuasa politik yang bersekutu dengan pemodal akan meruntuhkan narasi kota yang beradab. Pembangunan kota yang hanya mementingkan investasi dan menanggalkan sisi kemanusiaan akan menghasilkan wilayah yang eksklusif dan memarginalisasi ruang publik.

Saat ini, kata dia, Solo mengalami masalah yang serius dalam hal penyediaan ruang publik. Padahal, ruang publik ini sangat penting sebagi tempat interaksi dan komunikasi antarwarga.

“Di Solo itu kampung memiliki fungsi sebagai pilar civil society. Penyediaan fasilitas yang inklusif juga amat penting bagi masyarakat perkotaan,” ujar dosen Universitas Gajah Mada (UGM) Jogja ini.

Dosen FISIP UNS, Rahesli Humsona, menyampaikan menurut hukum ekologi lingkungan yang berkembang akan mendesak lingkungan yang kurang berkembang. Selain itu, ada kecenderungan kota akan mengeksploitasi desa.

Menurut dia, krisis di perkotaan menunjukkan adanya ketidakberdayaan kota untuk mengatasi kompleksitas permasalahan. Mereka yang terabaikan adalah masyarakat lapisan bawah, termasuk masyarakat urban yang terdesak dari desanya sendiri.

Realitas di Indonesia, kata dia, pada tahun ini 41% penduduk tinggal di perkotaan. Secara khusus mereka tinggal di Jawa-Bali mencapai 55%. Perkembangan ini disebabkan pertambahan secara alamiah akibat proses kelahiran dan kematian serta migrasi khususnya urbanisasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya