Soloraya
Jumat, 8 Agustus 2014 - 17:00 WIB

PEMBANGUNAN PAGAR STASIUN KOTA : Warga Kampung Tegalrejo Solo Protes

Redaksi Solopos.com  /  Hijriyah Al Wakhidah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO—Warga Kampung Tegalrejo, RT 003/ RW 005, Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon memprotes pembangunan pagar Stasiun Solo Kota.

Pasalnya, pembangunan pagar melebar hingga ke badan jalan dan merugikan warga.

Advertisement

Warga setempat, Satriyo Ngesti Murti, 47, mengatakan pembangunan pagar stasiun yang panjangnya 200-an meter tersebut tidak sesuai dengan apa yang disampaikan pihak pemborong dalam rapat RT yang digelar beberapa bulan lalu.

Pihak pemborong mengatakan batas pembangunan pagar hanya sampai di bangunan yang didirikan penduduk di pinggir rel.

Advertisement

Pihak pemborong mengatakan batas pembangunan pagar hanya sampai di bangunan yang didirikan penduduk di pinggir rel.

Namun, realisasinya sebagian pembangunan pagar justru melebar satu meter hingga ke badan jalan. Kondisi tersebut membuat warga berang.

Pasalnya, warga sudah bersedia membongkar sendiri bangunan yang akan didirikan pagar. Namun, pemborong justru melebarkan pembangunan pagar hingga ke badan jalan karena ada tiang listrik.

Advertisement

Total, ada 30-an bangunan di RT 003 dan RT 004/ RW 005 di pinggir rel stasiun Solo Kota yang dibongkar secara swadaya oleh warga sebelum Ramadan lalu. Pembangunan pagar pun dimulai pada awal bulan puasa.

Pembangunan berhenti di pertengahan Juli karena warga memprotes pemborong yang melebarkan pembangunan pagar. Hingga pekan kedua Agustus ini, sama sekali belum terlihat aktivitas pekerja yang melanjutkan pembangunan pagar. Pembangunan pagar baru selesai sekitar separuhnya.

Pihaknya pun akan melancarkan protes jika pembangunan yang selanjutnya masih melebar ke badan jalan. “Kami juga masih menunggu janji pihak pemborong yang akan memberikan tali asih kepada warga yang bangunannya tergusur,” katanya.

Advertisement

Sementara, salah satu warga yang lain, Sri Darwati, 55, membenarkan kondisi tersebut. Pihaknya mengaku pasrah dengan penggusuran bangunan permanen miliknya yang ada di pinggir rel.

Mayoritas bangunan yang tergusur tersebut digunakan untuk dapur dan tempat usaha warga.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif