Soloraya
Minggu, 4 Oktober 2020 - 02:50 WIB

Pembuat Batik Wonogiren Nyaris Tak Produksi Lagi

Rudi Hartono  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kain batik cap Wonogiren (Tokosolopos.com)

Solopos.com, JAKARTA — Pengusaha pembuat batik wonogiren mengungkapkan sejak Covid-19 mewabah tempat usaha pembuatan batik khas Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah karena nyaris tidak memproduksi batik lagi.

Kondisi itu diakui pengusaha pembuat batik wonogiren, Sri Lestari, 61. Tari Sumarno Putri atau TSP Wonogiren miliknya saat ini hanya memproses kain batik wonogiren setengah jadi stok lama sebelum pandemi Covid-19 menjadi bahan jadi.

Advertisement

Sebelum ada wabah Covid-19 perempuan yang akrab disapa Tari itu memiliki stok sebanyak lebih kurang 5.000 potong kain jadi dan sekitar 2.000 potong kain setengah jadi. Atas kondisi itu dia merumahkan 14 pekerja dan hanya mempekerjakan enam orang.

Peneliti China Sebut Radiasi Bulan 200 Kali Bumi, Apa Manfaatnya?

Advertisement

Peneliti China Sebut Radiasi Bulan 200 Kali Bumi, Apa Manfaatnya?

“Pada kondisi normal kapasitas produksi kami mencapai 1.000 potong-1.500 potong kain batik wonogiren. Sekarang produksi turun sampai 80 persen kira-kira,” kata dia saat dihubungi.

Produksi turun signifikan lantaran permintaan pasar mengalami hal serupa mengingat daya beli masyarakat rendah. Pada kondisi TSP Wonogiren dapat memenuhi permintaan sebanyak 600 potong/bulan.

Advertisement

“Sampai saya mengajukan penundaan setoran ke bank selama enam bulan. Selama waktu tersebut saya bisa menyetor bunganya saja. Ini saya lakukan karena pemasukan minim,” imbuh pemilik toko batik wonogiren di Lingkungan Tirtomoyo RT 001/RW 010, Kelurahan Tirtomoyo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri itu.

Boy Group Jebolan I-Land, Enhypen Diperlakuan Buruk Sasaeng Fan

Dia menginformasikan kain batik tulis wonogiren hasil produksinya dijual dengan harga bervariasi. Ada yang seharga Rp100.000/potong, Rp250.000/potong, Rp900.000/potong, Rp1,5 juta/potong, hingga Rp2 juta/potong.

Advertisement

Kain yang dijual murah menggunakan jenis kain biasa dan diproduksi dengan cara dan motif sederhana. Sedangkan, kain dijual mahal lantaran menggunakan jenis kain yang lebih bagus, beberapa kali pewarna, dan motif yang kompleks.

“Covid-19 dampaknya luar biasa. Dulu saya sering ikut pameran, permintaan bisa meningkat. Sekarang sama sekali enggak ada event. Mendapat pesanan seragam saja sudah bagus sekarnag ini,” ulas Tari.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif