SOLOPOS.COM - Gelar perkara dan barang bukti kasus pembunuhan satu keluarga di Mapolsek Baki, Sukoharjo, Sabtu (22/8/2020). (Solopos-R. Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO--Peristiwa pembunuhan terhadap satu keluarga di Kecamatan Baki, Sukoharjo, menjadi gejala tata kehidupan masyarakat terdegradasi oleh nilai-nilai sadisme. Masyarakat kini kehilangan nilai-nilai khususnya nilai kemanusian yang adil dan beradab.

Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Soleh Amini Yahman, berpendapat kasus pembunuhan satu keluarga di Sukoharjo itu diduga direncanakan dan dipersiapkan, bukan kejahatan yang spontan. Pembunuhan itu dilakukan atas dasar dendam dan sakit hati.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Gedung Kejagung Terbakar, Api Masih Berkobar, Asap Tebal Membubung Tinggi

"Maka saya meyakini, pelaku kejahatan itu dikenali oleh keluarga korban. Maka istri dan anaknya pun ikut menjadi korban pembunuhan untuk menghilangkan jejak," kata dia, saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (22/8/2020) malam.

Pria yang akrab disapa Sony itu menjelaskan terlepas dari apakah pembunuhan di Baki, Sukoharjo itu direncanakan atau tidak, peristiwa itu menjadi pertanda tata kehidupan masyarakat saat ini semakin terdegradasi oleh nilai-nilai sadisme. Masyarakat mengalami out of value terutama nilai nilai kemanusian yang adil dan beradab.

Terkonfirmasi Positif Covid-19 sejak 12 Agustus 2020, Pasien Asal Gantiwarno Klaten Meninggal Dunia

"Dunia kriminalitas di negeri kita telah melampaui batas ambang nilai-nilai kemanusian yang adil dan beradab, sehingga kejahatan yang dilakukan tidak lagi menimbang betapa berharganya kehidupan bagi seorang manusia," ujar Sony.

Hal itu tercermin pada para pelaku kejahatan tidak lagi mempunyai kendali kemanusian dan kontrol terhadap kehormatan diri, apalagi kehormatan orang lain.  Dengan kata lain, para pelaku kejahatan sudah tidak peduli lagi dengan kehidupan dirinya sendiri maupun orang lain.

Keluarga di Sukoharjo Dibantai, Begini Posisi 4 Jasad…

Degradasi ini, lanjut Sony, lebih banyak dipengaruhi oleh media sosial, bukan media mainstream. Sebab, media mainstream memiliki kontrol lebih baik ketimbang media sosial.

"Media sosial lebih liar dan agresif, sebab tidak ada pengendali, kecuali ya UU ITE saja," ujar dia.

Sony berpendapat, nilai-nilai kemanusiaan di masyarakat bisa diperkuat dengan gerakan silaturahmi dan kemanusiaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya