SOLOPOS.COM - Kanit Reskrim Polsek Wonosegoro, Aiptu Sutriyono(kanan), menunjukkan tersangka pembunuhan, Riswanto, 24,(kiri) , di Polsek Wonosegoro, Boyolali, Minggu (9/11/2014). (Irsyam Faiz/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI–Pembunuhan terjadi di Boyolali, yakni di Karangjati, Wonosegoro, Boyolali. (Berawal dari Bercak Darah)

Seorang nenek berusia 70 tahun tewas di tangan cucunya sendiri. Nenek malang tersebut bernama Ngatiyem, warga Dusun Seling RT 002/RW 001 Desa Karangjati Kecamatan Wonosegoro, Boyolali.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Tersangka pembunuhanya Riswanto, 24, yang tak lain cucu Ngatiyem. Meninggalnya Ngatiyem membawa kedukaan mendalam bagi segenap keluarga yang ditinggalkan. Terlebih, pembunuhnya adalah cucunya sendiri.

Pihak keluarga mengaku sangat terpukul atas kepergian sang nenek. Mereka mengaku kecewa dengan Riswanto yang tega membunuh neneknya sendiri.

Saat ditemui Solopos.com, Senin (10/11/2014), Sutinem, 46, anak korban mengaku tidak menyangka jika kehidupan ibunya akan berakhir seperti ini, kepada Solopos.com dia mengungkapkan kekesalannya kepada Riswanto yang tidak mau diuntung.

Sutinem juga membeberkan asal usul Riswanto yang tidak jelas. Dia mengatakan Nenek Ngatiyem memiliki lima anak dan tiga diantaranya sudah meninggal, termasuk ibu Riswanto, Ngatini.

Ngatini mempunyai tiga anak dari suami yang pertama.

“Tiga anak itu bukan termasuk Riswanto, sekitar tahun 1990an, Ngatini ditinggal oleh suaminya entah kemana, kemudian pada tahun itu juga Ngatini merantau ke Jakarta sendirian, anak-anaknya ditinggal di sini [wonosegoro], sekitar empat tahun kemudian kami keluarga dapat kabar kalau Ngatini meninggal dan dikuburkan di Jakarta. Setelah beberapa hari mendengar kabar itu, ada seorang laki-laki tua yang mengaku bernama, Aman, membawa Riswanto yang masih berumur empat tahun. Dia mengaku sebagai suami kedua Ngatini dan ayah dari Riswanto,” beber dia kepada Solopos.com.

Keluarga saat itu meragukan Riswanto karena tidak ada bukti yang menunjukkan kalau Riswanto adalah anak Ngatini.

“Waktu itu kami tidak percaya seratus persen, tapi ibu saya [Ngatiyem] percaya saja, kata ibu kasian anaknya masih kecil,” ungkap dia.

Sejak saat itu sang nenek Ngatiyem lah yang membesarkan dan membiayai sekolah Riswanto. Nenek Ngatiyem begitu sayang dengan Riswanto, dia rela berjualan es lilin keliling kampung untuk membiayai hidup dan sekolah Riswanto.

Saat anak-anak Ngatiyem sudah menikah dan hidup bersama keluarganya masing-masing, kasih sayang Ngatiyem kepada Riswanto seolah tak pernah terputus.

“Bahkan ibu [Ngatiyem]itu lebih sayang sama Riswanto dari pada anak-anaknya, kami aja sempat iri,” tutur Sutinem.

Lebih Sayang Riswanto

Saking sayangnya hampir semua keinginan Riswanto dituruti, terakhir sekitar satu tahun yang lalu saat Riswanto meminta dibelikan motormatic, neneknya langsung menurutinya. “Itu pun ibu dapat duit dari hasil jual tanah warisan nenek saya,” kata dia.

Namun, apa balasan Riswanto? Nenek yang begitu sayang kepadanya dibunuh oleh dia sendiri dengan cara dibekap dengan menggunakan sarung bantal yang telah dilumuri racun serangga.

Dia mengaku tega membunuh neneknya lantaran dia begitu bernafsu memiliki harta warisan berupa rumah dan tanah.

Riswanto begitu yakin jika neneknya meninggal dia yang akan mendapatkan warisan. “Saya yakin dapat warisan itu karena saya lah yang merawat nenek,” kata dia yakin.

Padahal saat ini nenek Ngatiyem masih memiliki anak perempuan yang masih hidup yakni Sutinem, 48, dan Ngatinah, 53.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya