SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, BOYOLALI–Wahyu Iskandar, 28, tersangka pembunuhan terhadap seorang PNS yang bertugas di lingkungan Pasar Candisari, Pengging, Boyolali, sontak menjadi sorotan warga Desa/Kecamatan Banyudono, Boyolali. Warga seakan belum percaya pemuda yang dikenal pendiam itu nekat melakukan aksi sadis, Sabtu /2013pagi.
Tubuhnya relatif tak besar. Dia terlihat tenang saat penyidik menginterogasinya di Mapolsek.

Ebundoro, begitulah nama korban, juga dipandang warga memiliki tubuh sepadan dengan tersangka. Dia meregang nyawa setelah terlibat adu mulut berlanjut perkelahian dengan tersangka. Konflik mereka disebut-sebut bermula saat korban datang ke rumah tersangka menagih pekerjaan perbaikan laptopnya.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Tetangga tersangka, Sariman pun mengaku terkejut mendengar kabat tersebut. “Bahkan saya tak tahu apa pekerjaan keseharian Wahyu [tersangka], setahu saya dia pendiam,” terangnya saat ditemui solopos.com di lingkungan rumah korban, Sabtu (7/9/2013) siang.

Tak ada tanda konflik ke duanya terlihat dari pantauan warga. Sebagaimana diakui Dwiyono, warga Dukuh/Desa Banyudono RT 004/RW

“Pak Ebun [panggilan akrab korban, Ebundoro] masih bersama saya mendatangi hajatan di rumah tetangga, Doni Muhantoro, masih keluarga korban. Pukul 20.30 WIB, dia turut membantu menggulung tikar bersama saya di rumah itu,” terang Dwiyono.

Setelah acara itu usai, sejumlah warga sempat melihat korban dan tersangka bareng wedangan di sebuah warung. Namun setelah itu, Dwiyono dan rekan-rekannya tak mengetahui kemana mereka pergi. “Tersangka sendiri sempat membeli rokok di warung di rumah korban, dijaga istrinya, Hartati,” ujarnya.

Begitu tenang tersangka mendatangi rumah korban. Bahkan, kata Dwiyono, tersangka sempat meminjam rangsel kepada istri korban. Komunikasi itu terjadi saat tersangka membeli rokok di warung istri korban, Hartati.

“Menurut asumsi warga, saat itulah tersangka meletakan handphone dan kunci rumah yang sebelumnya dibawa pak Ebun [korban],” tambah Dwiyono.

Dia pun tak tahu motif tersangka melakukan hal itu. Hanya terbesit di benak Dwiyono dan tetangga lainnya, tindakan itu diduga upaya menghapus jejak korban.

Namun kisah tak berhenti sampai di situ. Istri korban semakin penasaran karena Ebundoro belum juga pulang ke rumah. Padahal pagi telah menjemput, dan semestinya Ebundoro berangkat berdinas di Pasar Pengging. “Kan ini tadi Wage, pasaran di Pengging,” tambah Dwiyono, lagi.

Upaya mencari keberadaan korban berlanjut. Giyarjo, keluarga korban, akhirnya mengerucutkan asumsi keterkaitan Wahyu Iskandar.

“Ya karena orang-orang melihat terakhir pak Ebun bersama Wahyu,” terang beberapa pelayat di rumah duka.

Singkat kata, tersangka pun akhirnya mengakui perbuatannya. Dia tercatat sebagai tersangka setelah menyerahkan diri ke Mapolsek Banyudono.

Olah TKP di rumah tersangka semakin membulatkan asumsi keluarga korban dan para tetangganya. Korban dalam kondisi tak bernyawa dan tubuhnya sempat digulung dengan karpet. Menurut gambar korban yang diterima solopos.com, korban pun bersimbah darah pada bagian dada.

Kini, proses hukum berlanjut. Wahyu berpisah sementara dengan istri dan satu anaknya. Sementara warga tengah menunggu kedatangan jenasah korban dengan suasana duka di rumah berwarna hijau Dukuh Ngacar tadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya