SOLOPOS.COM - rumah korban pembunuhan di Tanon, Sragen.. Korban sempat menitipkan sepeda onthel di rumah bibinya. (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Pembunuhan Sragen, sehari sebelum ditemukan, korban pembunuhan, Sri Wahyuni, meninggalkan sepeda onthel kepada bibinya.

Solopos.com, SRAGEN–Sehari sebelum ditemukan tewas bersimbah darah, Sri Wahyuni, 44, sempat menitipkan sepeda onthel miliknya ke rumah bulek [bibi] di Desa Jono, Kecamatan Tanon, yang berjarak 1,5 km dari rumahnya di Dusun Tegalsari, RT 012, Desa Ketro.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Warga ada yang melihat Yuni mengendarai sepeda onthel pada Sabtu [12/6/2015] sekitar pukul 14.00 WIB. Dia menitipkan sepedanya di rumah bulek. Setelah itu, dia pergi. Tapi, bulek-nya tidak tahu dia pergi bersama siapa dan naik apa?” kata Kepala Desa Ketro, Wiratno, saat ditemui wartawan di kantornya, Kamis (17/9/2015).

Di kampung halamannya, Sri Wahyuni tinggal sendiri di rumah sederhana, beralas tanah, berdinding anyaman bambu serta kayu yang sudah lapuk. Banyak ditemukan lubang pada dinding dan atap rumah itu. Permukaan tanah di bagian teras rumah sudah tidak lagi rata karena tergerus air hujan.

“Dia belum bersuami. Kedua orang tua juga sudah meninggal. Saudaranya bekerja di luar kota. Sehari-hari pekerjaannya berdagang keliling aneka kebutuhan rumah tangga,” terang Wiratno.

Di mata Wiratno, Sri Wahyuni merupakan orang yang sabar dan menerima kenyataan. Wiratno kerap bertemu Sri Wahyuni di balai desa saat berjualan atau mengambil jatah raskin.

“Yuni itu orangnya nerima apa adanya. Dia tidak neko-neko. Dia itu pendiam. Dia wanita baik-baik. Kebangetan sekali orang yang telah membunuhnya. La wong ditinggal pergi saja dia tidak akan mengejar. Kok sampai nekat berbuat seperti itu,” jelas Wiratno.

Hal senada disampaikan kakak sepupu Sri Wahyuni, Marni, 48. Di mata dia, Sri Wahyuni adalah wanita mandiri. Bermodal sepeda onthel, Sri Wahyuni biasa belanja kebutuhan sehari-hari di minimarket. Anak kedua dari lima bersaudara itu lalu menjual kembali dagangan tersebut kepada warga sekitar dengan cara berkeliling menggunakan sepeda onthel. Kali terakhir dia melihat adiknya pada Sabtu pagi sekitar pukul 09.30 WIB.

“Saya masih sempat mengantar nasi bungkus untuk sarapan dia ke rumahnya. Saat itu, dia tidak cerita mau pergi ke mana,” terang Marni.

Marni mengaku sudah ikhlas menerima kenyataan pahit yang dialami adik sepupunya. Dia berharap polisi segera menangkap orang yang telah menganiaya adiknya hingga meninggal dunia itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya