Soloraya
Selasa, 12 Oktober 2021 - 14:36 WIB

Pemdes Karungan Lebih Ingin Atasi Pengangguran Ketimbang Ikut ADWI 2021

Wahyu Prakoso  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana Pasar Bahulak yang dibuka kali pertama setelah Pandemi Covid-19 pada Minggu (12/9/2021) lalu. (Istimewa/Joko Sunarso)

Solopos.com, SRAGEN — Pandemi Covid-19 membuat sejumlah destinasi wisata redup. Namun desa wisata di Desa Karungan, Kecamatan Plupuh, Sragen berhasil bertahan dan justru berkembang.

Desa Karungan memiliki Pasar Bahulak alias pasar kuno sebagai daya tarik utama sebagai desa wisata yang mampu menarik banyak pengunjung datang. Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dispora) Sragen menyebut Desa Karungan mampu berkembang seperti Desa Wisata Sangiran di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, yang kini menjadi salah satu 50 desa wisata terbaik di Indonesia.

Advertisement

Kepala Desa Karungan, Joko Sunarso, mengaku pihaknya tidak mendaftarkan diri dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 seperti yang dilakukan Desa Krikilan yang mendaftarkan Desa Wisata Sangiran. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan.

Baca Juga: 25 Desa di Sragen Punya Potensi Jadi Desa Wisata, Tapi Terkendala Ini

Advertisement

Baca Juga: 25 Desa di Sragen Punya Potensi Jadi Desa Wisata, Tapi Terkendala Ini

Kepada Solopos.com, Selasa (12/10/2021), Joko mengatakan salah satu pertimbangannya adalah usia destinasi wisata Pasar Bahulak yang masih belia, yakni baru setahun. Pertimbangan lainnya adalah pemerintah desa masih ingin fokus pada pemberdayaan masyarakat. Selain itu mengurangi pengangguran dan kenakalan remaja terlebih dahulu.

“Lomba [tahun ini] memang kami belum fokus. Dari pada menguras tenaga mending fokus pengelolaan dan perbaikan inovasi Pasar Bahulak,” paparnya.

Advertisement

Baca Juga: 6 Desa di Jateng Masuk 50 Desa Wisata Terbaik, 2 Ada di Soloraya

Meski tak masuk kategori desa wisata terbaik di Indonesia, Pasar Bahulan sudah meraih sertifikat cleanliness, health, safety, environment sustainability (CHSE) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pemerintah desa menunggu cetakan sertifikat tersebut.

Lebih jauh Joko mencatat ada peningkatan perputaran uang Rp31 juta sampai Rp33 juta setiap kali Pasar Bahulak beroperasi. Perputaran uang itu berasal dari omzet 77 pedagang, pengelolaan toilet, dan parkir. Angka tersebut menunjukkan desa wisata bisa menjadi pusat ekonomi Desa Karungan.

Advertisement

Prokes Masih Jadi Tantangan

Di sisi lain, Joko mengakui penerapan protokol kesehatan masih menjadi tantangan tersendiri bagi pihaknya. Masih banyak pengunjung yang suka berkerumun tak menjaga jarak. “Kami ingatkan melalui pengeras suara dan memasang plastik pada lapak pedagang. Kalau kami pengin memberdayakan masyarakat, pedagang dievaluasi terus untuk mengetatkan prokes. Sejauh ini belum ada klaster dari Pasar Bahulak,” jelasnya.

Baca Juga: Ini Daftar Lengkap 50 Desa Wisata Terbaik, 6 Ada di Jateng

Seperti diketahui, Pasar Bahulak Desa Karungan dibuat justru di masa pandemi untuk membantu dan mengakomodasi banyak warganya yang kehilangan pekerjaan. Tepatnya pada pertengahan 2020 lalu.

Advertisement

Pasar ini berlokasi di tanah kas desa seluas sekitar 4 hektare yang sebelumnya tidak terawat di Dukuh Sawahan. Pasar yang khusus menjajakkan aneka kuliner atau jajanan tradisional itu pada awalnya digelar setiap selapanan atau 35 hari sekali. Tingginya antusias warga terhadap pasar ini membuat Pemdes Karungan membuka Pasar Bahulak sekali dalam dua pekan, tepatnya pada Minggu pagi.

Ratusan bahkan ribuan warga datang silih berganti meramaikan Pasar Bahulak. Sebagai upaya untuk membentengi para pedagang dan pengunjung dari penuralaran virus Corona, protokol kesehatan diberlakukan di pasar ini. Sejumlah wastafel berjajar di depan gapura masuk Pasar Bahulak. Beberapa botol hand sanitizer terpasang di pintu masuk.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif