Solopos.com. SRAGEN — Pemerintah Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Sragen, mencanangkan program Gerakan Tanam dan Makan Jali untuk ketahanan pangan. Tanaman jali yang biasanya dijadikan pakan burung ternyata bisa jadi pengganti beras.
Kepala Desa Sukorejo, Sukrisno, mengatakan biji tanaman jali bentuknya seperti jagung, namun lebih kecil. Yang membedakan tanaman jali dengan jagung adalah perawatan tanaman jali lebih mudah, karena hanya tidak membutuhkan penyiraman secara rutin.
Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya
“Tanaman jali biasanya digunakan menjadi pakan burung, kami dari Pemdes kemudian berinisiatif menggunakan lahan milik desa menjadi pilot project penanaman tanaman jali ini pada 2022. Lahannya kurang lebih 1,2 hektare,” tambah Sukrisno pada Solopos.com di rumahnya Senin (29/8/2022).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tanaman jali adalah tanaman semusim, tumbuh berumpun, terdiri atas beberapa buluh yang berempulur. Biasanya bercabang pada bagian atas, daunnya berbentuk seperti pita, buahnya keras, kadang-kadang dibuat tasbih.
Baca Juga: Mandiri Pangan Bikin Pengeluaran Emak-Emak di Sendangijo Wonogiri Jadi Irit
Salah satu Bayan Desa Sukorejo, Suroso, mengatakan warga sudah berhasil memanen 1,2 ton jali pada musim panen pertama. Ia mengatakan perawatan tanaman jali cukup mudah dan membutuhkan waktu kurang lebih lima setengah bulan untuk panen.
Idealnya, panen pertama tanaman jali di usia tujuh bulan. Namun karena faktor tanah di Desa Sukorejo yang dikatakan subur bisa panen lebih cepat.
Seperti Memasak Nasi
Sukrisno juga mengonsumsi jali sebagai pengganti nasi. Cara memasaknya pun seperti cara memasak nasi menggunakan rice cooker. Namun air yang dibutuhkan dua kali lipat dibandingkan dengan memasak beras. Ketika sudah siap konsumsi, jali warnanya putih dan bentuknya bulat. Sukrisno juga menanam jali di kebun miliknya seluas 1.200 meter persegi.
“Biji jali yang dimasak teksturnya hampir sama dengan nasi, warnanya juga putih. Tapi dari pengalaman saya bisa kenyang lebih lama,” tambah Sukrisno.
Baca Juga: Kelompok Wanita Tani di Kedawung Sragen Ini Bikin Teh dari Bawang Dayak
Pengolahan jali sampai siap dikonsumsi dimulai pengeringan jali yang sudah dipanen. Buah jali yang bisa dipanen adalah yang berwarna hitam dan keras. Kemudian diselep seperti padi sehingga terpisah dengan kulitnya. Barulah biji jali bisa digunakan untuk pengganti beras.
Ketua Kelompok Tani Sri Rejeki, Suryanto, mengatakan tanaman jali tidak membutuhkan perawatan yang rumit dan tanaman jali bisa ditanam dimana saja bahkan di polibag.
Sukrisno menambahkan, dalam program Gerakan Tanam dan Makan Jali, pemdes akan membagikan bibit jali ke seluruh warga. Mereka bisa menanamnya secara mandiri.
Pemdes Sukorejo juga pernah mengadakan pelatihan pembuatan bolu dari jali dan sari pati jali. Harapannya akan tercipta produk olahan berbahan dasar jali dan diwadahi dalam usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Baca Juga: Dawet Okra, Kuliner Unik dan Sehat Khas Sragen
Ia berharap dari Gerakan Tanam dan Makan Jali bisa bermanfaat menjaga ketahanan pangan khususnya di Desa Sukorejo. Menurut Sukrisno, masyarakat harus bisa makan apa yang ditanam dan menanam apa yang dimakan.