SOLOPOS.COM - Pengusaha Masaran, Sragen, Budiono Rahmadi, menyampaikan masukan tentang pemerataan ekonomi di utara Bengawan Solo kepada Espos, Rabu (24/5/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Kabupaten Sragen akan memperingati Hari Jadinya yang ke-277 pada 27 Mei 2023 mendatang. Harapan disampaikan sejumlah tokoh masyarakat agar kabupaten dengan julukan Bumi Sukowati ini bisa lebih maju lagi ke depan.

Salah satu harapan itu adalah persoalan pemerataan ekonomi. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen diminta memberikan perhatian lebih pada upaya pengembangan ekonomi di wilayah utara Bengawan Solo. Selama ini perputaran ekonomi paling banyak di Sragen wilayah selatan Bengawan Solo.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Belakangan mulai banyak investor melirik kawasan Sragen di utara Bengawan Solo, seperti Miri dan Sumberlawang, untuk menanamkan modalnya. Pemkab diharapkan bisa memberikan stimulus agar iklim investasi itu bisa lebih berkembang.

Penjelasan itu diungkapkan pengusaha asal Sepat, Kecamatan Masaran, yang juga Ketua DPC Partai Demokrat Sragen, Budiono Rahmadi, Rabu (24/5/2023). Dia mengatakan Sragen menjadi penyangga ekonomi Kota Solo. Sebagai pengusaha, Budiono mengapresiasi pembangunan yang dilakukan Pemkab Sragen dengan Pasar Sukowati, infrastruktur, dan Mal Pelayanan Publik (MPP).

“Ke depan, Sragen punya wilayah yang dikhususnya jadi sentra pertumbuhan ekonomi baru. Selama ini pertumbuhan ekonomi masih terpusat di selatan Bengawan Solo, terutama di kota. Ke depan perlu dipeluas ke kota-kota kecamatan dan kawedanan. Kota kawedanan di utara Bengawan Solo perlu dibuat sentra ekonomi dengan harapan ada pemerataan ekonomi,” katanya saat berbincang dengan Solopos.com, di HIK Pendawa Jirapan, Masaran, Sragen.

Jika di wilayah Sragen di selatan Bengawan Solo ada kawasan perkantoran, industri, dan perdagangan, maka di utara Bengawan Solo menurutnya perlu ada pendekatan yang berbeda. Misalnya jadi kawasan peternakan atau perikanan. Seperti di Sumberlaawang, kata dia, mulai dirintis rumah pemotongan ayam (RPA) milik Charoen Pokphand. Ada juga sentra peternakan unggas milok Widodo Makmur Unggas.

“Dengan perluasan bisa berdampak pada kebutuhan tenaga kerja. Selain itu juga bisa pengembangan usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM) juga dilalukan utara Bengawan Solo,” kata pria yang akrab disapa Mas Bro itu.

Sementara pengusaha yang juga mantan Bupati Sragen, Untung Wiyono, mendukung adanya gerakan wirausahawan di Sragen. Selama menjabat Bupati, Untung sudah menginisiasi adanya penciptaan pengusaha. Dia mengatakan perputaran uang di Sragen pernah  menjadi yang tertinggi se-Soloraya, tepatnya pada 2004.

“Dulu problem Sragen itu warga punya tanah tapi enggak punya sertifikat. Sehingga saya mengusulkan adanya program sertifikasi massal. Sekarang, Pemkab butuh ada gerakan penciptaan pengusaha di setiap desa,” katanya.

Sementara itu, situs dpmptsp.sragenkab.go.id dapat diketahui tren target dan realisasi investasi Sragen sejak 2016 hingga 2021. Sepanjang periode tersebut, hanya di 2016 realisasi investasi sedikit meleset dari target, yakni dari Rp1,57 triliun tercapai Rp1,502 triliun.

Di 2017 dari target Rp1,65 triliun terealisasi Rp1,66 triliun, 2018 target Rp1,76 terealisasi Rp1,771 triliun, 2019 target Rp1,87 triliun terealisasi Rp1,873 triliun. Lalu di 2020 target Rp1,98 triliun terealisasi Rp1.98 triliun dan di 2021 target Rp2,1 triliun terealiasasi Rp2,112 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya