SOLOPOS.COM - Tundjung W. Sutirto

Solopos.com, SOLO—Pemkot Solo diingatkan agar berhati-hati dalam merevitalisasi Keraton Kasunanan Solo. Sebab ada hal-hal yang tidak boleh diubah dalam revitalisasi itu.

Pemerhati budaya Kota Solo, Tundjung W Sutirto, menekankan agar revitalisasi yang akan dilakukan tidak mengubah lansekap atau tata ruang Keraton Kasunanan Solo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Landscape Keraton Kasunana Solo itu mempunyai makna simbolis yang sangat mendalam, urut, tertata dan selaras, mengenai tuntunan perjalanan hidup manusia. Mulai dari Alun-alun Utara ke selatan hingga Kedaton dan Alun-alun Selatan,” ujar Tundjung saat diwawancarai Solopos.com, Minggu (9/7/2023) malam.

Dia menjelaskan Alun-alun Utara Keraton Solo merupakan suatu gelaran yang siapa pun bisa hadir atau masuk. Mulai dari kawula atau masyarakat biasa, hingga Raja. Yang terpenting adalah landscape. Ihwal materialnya tentu saja bisa berubah,” urai dia.

Tapi, Tundjung belum mendapatkan informasi terkait material Alun-alun Utara Keraton Solo, apakah dari pasir laut, tanah atau rumput. Dia mengaku belum mendapatkan sumber acuan terkait hal itu. Dia berpendapat material yang dipakai lebih ke aspek ketahanan.

Tundjung lebih menekankan tentang konsepsi tata ruang Alun-alun Utara Keraton Solo. Sebab tata ruang itu merupakan penggambaran perjalanan hidup manusia mulai dari lahir hingga menghadap Tuhan yang dalam istilah orang Jawa Sangkan Paraning Dumadi.

“Dari Alun-alun Utara ke Kedaton mengandung makna perjalanan hidup manusia akan menghadap Tuhan. Lalu dari Kedaton ke Alun-alun Kidul gambaran manusia kembali ke alam kelanggengan. Landscape itu bermakna sangkan paraning dumadi,” tutur dia.

Tundjung mencontohkan keberadaan vegetasi atau botanical yang ada di kawasan Keraton Kasunanan Solo. Setiap tanaman yang ada di kawasan itu ditanam dengan maksud dan simbol tertentu. Sehingga otomatis tidak bisa sembarangan diganti.

“Tanaman-tanaman itu mempunyai makna yang terencana. Planting design, sehingga tujuan perencanaan itu dapat tercapai, yaitu melalui aura yang diwujudkannya. Sehingga revitalisasi Keraton Solo harus memperhatikan simbol-simbol ini,” kata dia.

Dengan begitu, Tundjung menambahkan hasil dari sebuah revitalisasi atau pembangunan kembali Keraton Solo tidak kehilangan nilai. Dia mencontohkan revitalisasi Alun-alun Utara yang harus mempertahankan tata ruangnya sebagai ruang yang terbuka.

“Jadi kawasan Alun-alun itu tentu saja kawasan yang terbuka. Kalau dalam keyakinan Islam itu seperti Padang Mahsyar, jadi tempat manusia berkumpul yang akan menghadap Tuhan. Tata ruang area ini seperti pohon ringin kurung harus dipertahankan,” tandas dia.

Begitu juga, menurut Tundjung aneka botanical yang selama ini ditanam di kawasan Keraton Kasunanan Solo. “Vegetasi ini harus dipertahankan. Jangan diganti tanaman-tanaman yang tidak ekologis Keraton, misalnya pohon palem, tidak cocok,” urai dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya