SOLOPOS.COM - Tim gabungan memeriksa berbagai alat di lokasi yang diduga tempat penjagalan anjing di bantaran Kali Anyar, Gilingan, Solo, Rabu (31/8/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Pemilik rumah jagal anjing di wilayah RT 001/RW 005 Kelurahan Gilingan, Banjarsari, Solo, tepatnya di pinggir Kali Anyar, mengaku sudah menjalankan usaha tersebut selama puluhan tahun. Bahkan usaha itu sudah diwariskan tiga generasi.

Informasi tersebut disampaikan Daryanto, 59, Ketua RT 001/RW 005 Gilingan, yang juga pemilik tempat penjagalan anjing tersebut saat tempat usahanya disidak tim gabungan DLH Jateng dan DLH Solo, Rabu (31/8/2022) siang.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kendati sudah lama ada, Daryanto mengatakan sekira empat tahun terakhir ia sudah jarang melakukan penjagalan anjing di lokasi itu. Penyebabnya pemasok yang biasa mengirim anjing untuk dijagal sudah tidak berani masuk wilayah Solo. Kali terakhir dia menjagal anjing dua pekan lalu.

Itu pun hanya satu anjing yang dia jagal atas permintaan dari warga Karanganyar. “Itu kan kebetulan ada orang minta tolong dari daerah Bejen, Karanganyar, untuk acara keluarga. Biasa, minta tolong ke sini untuk motong. Kalau masaknya sendiri. Kan kami tidak tahu kesukannya masak apa, Jawa, Manado, atau apa,” ujar pemilik rumah jagal anjing di Solo itu.

Daryanto menjelaskan tempat penjagalan anjing itu sudah dia kelola sekira 43 tahun terakhir. Sebelumnya tempat itu dijalankan sang ayah. Dia mulai mengelola tempat itu tahun 1980 an, yakni setelah lulus sekolah menengah pertama (SMP).

Baca Juga: Sidak, Tim Gabungan Temukan Kandang Anjing Bawah Tanah di Gilingan Solo

“Saya lulus SMP kan tahun 1980-an. Sebelum itu ayah saya sudah jalan turun temurun, sudah generasi ke tiga. Dulu motong, sekarang tidak. Soalnya yang sok ngirim tidak berani kirim ke Solo. Jadi kami ambil dari daerah Sragen,” tuturnya.

Ketika mengambil dari Sragen, menurut Daryanto, anjing sudah dijagal alias tinggal dimasak. Dia menjelaskan saat masih menjagal anjing, darahnya tak dibuang, tapi dikumpulkan lalu direbus. Setelah dingin rebusan darah itu lalu dicincang untuk pakan lele.

Hanya Layani Permintaan

Disinggung berapa banyak anjing yang belakangan ini dijagal, Daryanto mengungkapkan tidak lagi menjagal anjing. Hanya sesekali bila ada permintaan dari orang untuk menjagal anjing. Tapi intensitasnya sudah jarang.

Baca Juga: DMFI: Pembuangan Limbah Penjagalan Anjing ke Bengawan Solo Sudah Puluhan Tahun

Daryanto menyatakan ia menjalankan usaha rumah jagal anjing di Gilingan, Solo, sekadar untuk memenuhi kebutuhan. “Wong kita cari makan, yang penting kita tidak melanggar hukum, melanggar apa,” katanya.

Daryanto mengatakan apa yang dia lakukan bukan untuk mencari kekayaan, melainkan untuk kebutuhan hidup. Bila pemerintah memang melarang aktivitas itu, dia mengatakan seharusnya ada solusi bagi para penjual olahan daging anjing.

“Kan sesuai dengan fungsinya. Kalau pemerintah kan tidak asal melarang, mesti harus kasih solusi. Solusi yang bisa diterima kami semua. Masalahnya kan kami sudah punya anak, istri, cucu yang butuh makan, kehidupan sehari hari,” urainya.

Baca Juga: Gibran Pastikan Selidiki Rumah Jagal Anjing yang Buang Limbah ke Bengawan Solo

Seperti diberitakan sebelumnya, tim gabungan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jateng dan DLH Solo melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi jagal anjing di Gilingan, Rabu. Sidak itu menindaklanjuti hasil investigasi Koalisi Dog Meat Free Indonesia (DMFI).

DMFI menyebut ada empat rumah jagal anjing yang membuang limbah sisa potongan daging, tulang, darah, dan usus yang dibuang ke Sungai Bengawan Solo dan meminta Pemkot mengambil tindakan tegas dengan melarang perdagangan daging anjing di Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya