SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO–Sebanyak 8.000 pemilih pemula yang tercatat di daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2014 Kota Solo rawan tak menggunakan hak suaranya. Apatisme dan ketidaktahuan kalangan itu terhadap gawe pemilu dinilai memicu tingginya potensi golput.

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Solo, Agus Sulistyo, saat ditemui wartawan dalam Sosialisasi Pemilu untuk Pemula di Monumen Pers, Sabtu (8/3/2014), tak menampik minimnya kepedulian pemilih pemula terhadap pesta demokrasi. Hal itu ditunjukkan dengan ketidaktahuan jadwal penyelenggaraan pemilu hingga prosedur memberikan hak suara. “Rata-rata masih awam dengan hal sederhana seperti tanggal pemilu dan cara menyampaikan suara. Padahal kami sudah sosialisasi di 90 SMA/SMK dan beriklan di berbagai media,” ujarnya.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Agus mengatakan jumlah pemilih pemula warga Solo yang tercatat di DPT sekitar 8.000 jiwa. Angka tersebut sekitar 2% dari total DPT yakni 408.951 jiwa. Jika dikalkulasi, suara pemilih pemula bisa menghasilkan dua kursi di parlemen. Pihaknya menjelaskan pemilih pemula dalam hal ini tak hanya pemuda yang baru berusia 17 tahun. Warga difabel maupun kaum marginal, sebut Agus, dapat dikategorikan sebagai pemilih pemula. “Dua kalangan ini ada yang belum merasakan pemilu karena terkendala fisik atau belum tergarap saat sosialisasi. Mereka juga kami arahkan untuk menjadi pemilih yang cerdas dan bertanggungjawab,” tuturnya.

Agus mengklaim sosialisasi kontinyu kepada pemilih pemula dapat menekan angka golput di Solo secara umum. Jika pada Pemilu 2009 tingkat golput Kota Bengawan sebanyak 28%, pihaknya optimistis tahun ini angka itu dapat ditekan menjadi 25%.

“Kami mengupayakan tahun ini tingkat partisipasi bisa digenjot minimal 75%.”

Staf Ahli Bidang Sosial Ekonomi dan Budaya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Suprawoto, mengatakan potensi golput dari kalangan pemilih pemula patut diwaspadai. Sebab secara nasional, jumlah pemilih tersebut mencapai 52 juta jiwa atau 20% dari pemegang hak suara. “Jika tak dikelola, kami khawatir jumlah golput terus bertambah,” bebernya.

Suprawoto menguraikan kecenderungan warga tidak memakai hak suaranya terus meningkat sejak Pemilu 1999. Di tahun itu, angka golput tercatat 10,02%. Sedangkan di dua pemilu selanjutnya yakni tahun 2004 dan 2009, angka tersebut meningkat menjadi 23,3% dan 29%. “Ketika warga memilih golput, ya jangan protes saat yang duduk (di parlemen atau pemerintahan) tidak sesuai harapan.”

Sementara itu, Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, mendorong anak muda Solo menggunakan hak pilihnya dengan baik. Salah satunya dengan memilih wakil rakyat yang tidak memiliki rekam jejak buruk seperti korupsi. “Masa depan Indonesia ada di tangan generasi muda,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya