SOLOPOS.COM - Pemilu 2024 (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI — Penerapan sistem pemilihan umum (pemilu) legislatif proporsional tertutup hanya akan menguntungkan partai politik (parpol) besar yang mempunyai basis massa banyak. Sebaliknya, parpol-parpol kecil dan baru yang notabene belum memiliki banyak massa hanya akan menjadi pelengkap karena sulit bersaing.

Hal itu disampaikan pengamat politik Wonogiri, Bambang Tetuko, kepada Solopos.com, Jumat (6/1/2023). Bambang, sapaan akrabnya, menyebut tidak ada hal mendesak untuk mengubah sistem pemilu dari proporsional terbuka menjadi proporsional tertutup.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dia menilai sistem pemilu proporsional tertutup justru membuat kompetisi pemilu menjadi tidak adil. 

“Parpol yang sudah eksis [lama] akan diuntungkan karena mereka sudah memiliki basis massa di akar rumput. Sementara parpol baru akan tergerus karena belum dikenal,” kata pria yang akrab disapa Bambang kepada Solopos.com, Jumat (6/1/2023).

Dia menjelaskan, sifat konstituen di Wonogiri baru mau memilih suatu parpol atau calon legislatif (caleg) jika mereka sudah berkontribusi kepada masyarakat. Tanpa hal itu, masyarakat Wonogiri akan sulit memilih. Apalagi jika sekadar janji. 

Sementara, parpol baru belum bisa bergerak secara leluasa. Mereka harus terlebih dahulu perlu membangun konsolidasi internal.

Parpol tidak bisa maksimal kampanye tanpa kader yang kuat dan solid. Terlebih waktu masa kampanye politik pada Pemilu 2024 hanya 75 hari. 

Waktu yang sangat terbatas itu tidak cukup bagi parpol untuk menghimpun massa di Wonogiri. Apalagi kondisi demografi dan geografi Wonogiri berbeda dari kabupaten/kota lain.

Banyak warga di Wonogiri yang merantau. Di sisi lain, geografi Wonogiri cukup luas dengan jumlah penduduk yang relatif banyak.

“Saya katakan 1.000% sistem proporsional tertutup ini akan menjauhkan konstituen dengan wakilnya [legislatornya]. Ini sama saja beli ayam dalam karung. Kita tidak bisa tahu bagaimana kualitas legislator yang tidak kita pilih,” jelas dia.

Dia menambahkan, parpol baru mungkin tetap mendapatkan suara dengan sistem proporsional tertutup, tetapi hal itu sudah pasti suara dari kelompoknya saja. Sementara masyarakat umum lebih yakin memilih parpol lama yang sudah teruji.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gelora, Sriyadi, mengatakan sebagai parpol baru, Partai Gelora tidak ambil pusing terkait wacana tersebut. Partai Gelora pada dasarnya siap bertarung pada Pemilu 2024 dengan sistem apapun.

Sebab Partai Gelora sudah menjangkau dan menghimpun massa di akar rumput dengan beberapa program pemberdayaan.

“Hanya, kalau boleh memilih, kami ambil jalan tengah, yaitu pemilu diselenggarakan dengan sistem proporsional terbuka terbatas. Itu malah bisa mengakomodasi semuanya, baik partai maupun caleg,” ulas Sriyadi.

Sriyadi menjelaskan, sistem proporsional terbuka terbatas memungkinkan konstituen bisa memilih antara partai atau caleg. Begitu juga dengan parpol mempunyai kewenangan menunjuk siapa kader yang mendapatkan nomor jadi.

Sementara caleg yang sudah mendapatkan suara terbanyak otomatis bisa menjadi anggota legislatif tanpa ditunjuk parpol.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya