Soloraya
Sabtu, 14 Januari 2023 - 10:04 WIB

Pemindahan Parkir ke Subterminal Sangiran Perluas Pemberdayaan Warga

Galih Aprilia Wibowo  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Museum Manusia Purba Sangiran. Foto diambil Rabu (11/1/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SRAGEN — Membangun desa wisata perlu dilakukan secara bertahap dan adaptif terhadap situasi. Hal ini bertujuan membangunan komunitas lokal sehingga bisa memberdayakan masyarakat setempat.

Seperti halnya yang dilakukan oleh kelompok masyarakat Situs Sangiran yang terletak di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Diungkapkan oleh Sekretaris Desa Krikilan, Aries Rustioko, pihaknya selalu berinovasi sehingga keberadaan Museum Manusia Purba Sangiran bisa membawa keberkahan kepada warga sekitar.

Advertisement

Salah satunya dengan pemindahan lokasi parkir pengunjung Museum Sangiran ke subterminal, tidak lagi di dalam kawasan museum.

Ada 80-100 warga Desa Krikilan yang menjadi tukang ojek dan terdapat 22 shuttle armada mobil yang bertugas mengantarkan pengunjung ke lokasi Museum Sangiran.

Advertisement

Ada 80-100 warga Desa Krikilan yang menjadi tukang ojek dan terdapat 22 shuttle armada mobil yang bertugas mengantarkan pengunjung ke lokasi Museum Sangiran.

“Pemindahan lokasi parkir, kami tidak sembarangan mindah, sudah diatur dalam Peraturan Desa [Perdes] No. 14/2021. Dalam membuat Perdes ini, kami juga melibatkan pemerintah desa beserta BPD [Badan Permusyarawatan Desa]. Anggota BPD itu juga berasal dari tour guide dan pedagang, jadi kami sudah melibatkan masyarakat yang memang pakarnya di situ,” terang Aries pada Jumat (13/1/2023).

Aries menjelaskan lahan yang menjadi lokasi parkir tersebut memang bukan milik desa atau Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Sragen, ataupun Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, namun merupakan lahan milik provinsi. Pihaknya pun kemudian memanfaatkan lahan yang awalnya kosong tersebut menjadi terminal parkir dengan harapan memberdayakan masyarakat yang lebih luas. Dengan pemindahan lokasi parkir itu, dia menilai kawasan Museum Sangiran kini sudah lebih bersih dan bebas dari polusi.

Advertisement

Dengan pengembangan yang lebih luas tersebut, ia menilai masyarakat yang kontra dengan kebijakan tersebut pasti ada. Sebab, menurutnya, mereka sudah berada di zona nyaman. “Memang butuh sebuah adaptasi,” tambah Aries.

Aries menguraikan banyak lebih yang lebih banyak kecipratan berkah karena pemindahan lokasi parkir yaitu dari pedagang yang ada di terminal, warga yang berjualan di jalan menuju Museum Sangiran, serta tentu tukang ojek yang merupakan warga setempat juga.

“Untuk biaya pulang-pergi Rp6.000/orang ini, desa hanya dapat Rp1.000, jadi yang Rp5.000 itu langsung untuk masyarakat. Pengunjung dalam sehari bisa 200-300 orang, tapi kalau pas libur, Sabtu-Minggu bisa ribuan, sampai tidak muat,” tambah Aries.

Advertisement

Ia menuturkan memang pekerjaan rumah bagi Pemdes Krikilan adalah bagaimana lahan parkir tersebut bisa diperluas lagi, yang saat ini lahan yang digunakan seluas setengah hektare. Perluasan lahan tersebut dimaksudkan untuk sirkulasi pengunjung bisa lebih efektif. “Sebelum dipindah pun memang sudah ada problem antarkelompok, antara pedagang di atas dan di bawah,” terang Aries.

Diberitakan sebelumnya, pedagang kawasan Museum Sangiran mengeluhkan sepinya pembeli sejak lokasi parkir pengunjung dipindah oleh pengelola. Keluhan tersebut salah satunya diungkapkan oleh Warsono.

Pedagang makanan ini menguraikan setelah lokasi parkir dipindah, pendapatan hariannya semakin berkurang. Warsono menilai tempat parkir kendaraan sepeda motor dan mobil seharusnya dibedakan.

Advertisement

Ia ingin sepeda motor bisa parkir ke dalam kawasan museum seperti dulu. Sedangkan untuk mobil dan bus bisa parkir di subterminal seperti saat ini.

Karena lokasi parkir yang jauh dari museum, Warsono menduga banyak wisatawan yang enggan jalan-jalan melihat kios suvenir warga. Wisatawan cenderung ingin cepat-cepat sampai lokasi parkir karena lokasinya jauh.

Semenjak pandemi Covid-19, lokasi parkir pengunjung Museum Sangiran yang dipusatkan di subterminal tersebut menyebabkan ia dan pedagang lain mengalami penurunan pendapatan hingga 60%. Ada 13 pedagang makanan dan 20-an pedagang suvenir yang terdampak.

Merespons keluhan pedagang, Kepala Balai Pelestraian Situs Manusia Purba Sangiran, Iskandar Mulia Siregar, mengatakan pihaknya tidak bisa menyenangkan semua orang. Ia menyebut banyak kepentingan yang bermain di kawasan museum.

Pihaknya kini sedang mencoba pengaturan baru rute pengunjung yakni masuk dari barat dan keluar tetap dari tengah. Ini untuk mengakomodasi kepentingan pedagang yang tidak pernah dilewati pengunjung.

“Ya kami usahakan bagaimana caranya. Hanya itu yang bisa kami lakukan, terkait mengatur pengunjung,” jelas Iskandar saat ditemui di kantornya. Iskandar juga berharap wisatawan mau jajan walaupun sedikit sehingga dampak ekonomi dari keberadaan Museum Sangiran bisa dirasakan oleh lebih banyak masyarakat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif