SOLOPOS.COM - Pegawai DKP3 Sragen menunjukkan vaksin LSD, Rabu (18/1/2023). (Istimewa/DKP3 Sragen)

Solopos.com, SRAGEN — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen serius menangani kasus lumpy skin disease (LSD) yang belakangan marak menyerang sapi petani. Pemkab mengalokasikan Rp200 juta untuk pengadaan obat, disinfektan, dan insektisida.

Vaksinasi juga digalakkan dengan mengajukan bantuan vaksin ke Kementerian Pertanian. Kebutuhan vaksin LSD itu sebanyak 38.740 dosis atau 50% dari total populasi sapi di Sragen sebanyak 77.480 ekor.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Pekembangan kasus LSD di Sragen terus meroket. Per Minggu (29/1/2023) terdapat 733 ekor sapi terkena LSD, pada Senin (30/1/2023) naik menjadi 770 ekor atau bertambah 37 ekor dalam sehari. Kasus LSD aktif di Sragen mencapai 750 ekor dengan angka kematian delapan ekor. Kasus kematian sapi akibat LSD ditemukan lagi di wilayah Kecamatan Sragen.

Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, bersama Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Sragen, melakukan sosialisasi masif kepada para peternak, kepala desa, para babinsa, dan bhabinkamtibmas di Gemolong, Selasa (31/1/2023). Mereka dikumpulkan di halaman parkir basement Kantor Kecamatan Gemolong.

“Kebutuhan vaksin Sragen sebanyak 50% dari total populasi sapi di Sragen, yakni 77.480 ekor. Semua kebutuhan vaksin LSD itu dimintakan semua ke pemerintah pusat. Kemarin 4.000 dosis sudah habis disuntikan, sekarang meminta vaksin lagi minimal 4.000 dosis,“ terang Yuni, sapaan Bupati.

Yuni berencana menggunakan dana bantuan tidak terduga (BTT) untuk pengadaan obat LSD serta pengadaan disinfektan dan insektisida untuk menjaga kebersihan kandang dan membunuh hewan vektor pembawa virus. Dana yang dibutuhkan masih dihitung DKP3 Sragen. Yuni memperkirakan kebutuhan dananya sekitar Rp200 jutaan.

DKP3 Sragen sudah menyebarkan nomor hotline yang bisa dihubungi warga 24 jam untuk laporan kasus LSD. Masyarakat bisa mengakses nomor hotline di 0812-1530-916. Nomor tersebut dipegang langsung Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan DKP3 Sragen, Toto Sukarno. Semua aduan yang masuk akan direpons cepat.

Yuni meminta semua warga, khususnya yang memiliki sapi atau kerbau, agar mencegah persebaran LSD. Yakni dengan menjaga kebersihan kandang karena hewan vektor seperti nyamuk, lalat, caplak, dan sejenisnya senang di lokasi yang lembab, kotor, dan bau.

Dia menginginkan adanya gerakan serentak pencegahan kasus LSD di tingkat desa, utamanya di desa yang banyak populasi sapi atau kerbau. “Sepertinya perlu ada gerakan bersih-bersih kandang dan penyemprotan disinfektan dan insektisida,“ jelasnya.

Petani asal Kaloran, Gemolong, Samidi, pernah mencoba antisipasi kasus LSD dengan memasang kelambu di kandang ternak, tetapi permasalahannya harga kelambu cukup mahal. Dia menyebut harga kelambu dengan kualitas impor bisa sampai Rp14 juta untuk ukuran 2,5 meter x 100 meter.

Dia mengusulkan untuk sapi yang sudah terjangkit LSD lebih efektif dikarantina atau dipisahkan dari sapi sehat agar tidak tertular. “Sapi yang terkena LSD itu juga tidak laku dijual. Awalnya harganya belasan juta rupiah karena kena LSD hanya ditawar Rp2 juta per ekor,“ katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya