SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Wonogiri, Baroto Eko Pujanto (dua dari kanan), menanam benih tanaman sekaligus memberikan pupuk padat di kebun hortikultura Barro Tani Manunggal, Rabu (8/6/2022). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI – Pupuk bersubsidi tidak bisa 100 persen memenuhi kebutuhan petani di Kabupaten Wonogiri. Petani hanya memperoleh subsidi 35 persen untuk pupuk nitogren, fosfor, kalium (NPK) dan 80 persen untuk pupuk urea. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri meminta para petani tidak mengandalkan pupuk bersubsidi.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Wonogiri, Baroto Eko Pujanto, mengatakan Pemkab Wonogiri mendorong petani untuk memproduksi pupuk secara mandiri. Sebab kuota pupuk bersubsidi dari pemerintah tidak bisa mencukupi kebutuhan petani. Kekurangan kuota subsidi itu bisa ditutup oleh petani dengan memproduksi pupuk organik sendiri.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Itu cara pertama. Cara kedua, jika pupuk bersubsidi tidak bisa mencukupi kebutuhan petani, maka harapannya bisa menggunakan pupuk nonsubsidi. Jadi disamping menggunakan pupuk subsidi, kalau bisa sembari mengembangkan pupuk organik sendiri. Kalau tidak, maka menggunakan pupuk nonsubsidi sesuai kebutuhan,” kata Baroto saat ditemui Solopos.com selepas mengisi acara pertemuan petani di Selogiri, Rabu (8/6/2022).

Dia melanjutkan, saat ini petani di Kabupaten Wonogiri sedang banyak membutuhkan pupuk NPK. Sementara itu, persediaan pupuk subsidi NPK sangat terbatas. Petani diharapkan kreatif untuk menciptakan pupuk secara mandiri, terutama pupuk organik. Sehingga beban produksi petani tidak terlalu tinggi.

Pemerintah berupaya mendampingi para petani untuk menciptakan pupuk organik. Menurutnya, pemerintah terus berusaha mengedukasi petani. Termasuk salah satunya mendampingi petani membuat pestisida nabati.

Baca Juga: Beli Migor Curah di Wonogiri Harus Setor KTP, Pedagang: Menyulitkan!

“Mekanisme penyaluran pupuk bersubsidi melalui kartu tani. Setiap petani sudah mempunyai kartu tani. Nanti, kartu tani ini dibawa ke kios pupuk lengkap. Di sana digesek [verifikasi] kemudian mereka mendapatkan jatah pupuk sesuai jatahnya,” ujar dia.

Petani hortikultura asal Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Siswanto, menuturkan subsidi pupuk dari pemerintah masih sangat kurang untuk mencukupi kebutuhan pertaniannya. Satu petak lahan cabai berjumlah 3.500 batang tanaman membutuhkan dua kuintal pupuk dengan masa tanam 100-120 hari. Ia memiliki lahan dengan total tanaman sebanyak 15.000 batang cabai. Sementara pemerintah hanya memberikan pupuk bersubsidi 20 kg tiap dua bulan.

Baca Juga: Petani Wonogiri Tanam Jagung Pulut, Ternyata Hasilnya Menggiurkan Lo

Siswanto menambahkan, harga pupuk NPK bersubsidi senilai Rp125.000 per 50 kg . Sedangkan harga pupuk NPK nonsubsidi senilai Rp800.000 per 50 kg. Untuk mencukupi kebutuhan tanaman yang tidak terpenuhi pupuk bersubsidi, Siswanto harus membeli pupuk NPK nonsubsidi.

“Tapi kami sudah menuju ke sana [membuat pupuk sendiri]. Kelompok tani di sini sudah punya pandangan untuk membuat pertanian yang terintregasi, yaitu ada ternak kambing. Nanti kotoran kambing bisa dijadikan pupuk. Hanya, lagi-lagi kami terkendala dengan biaya,” kata Siswanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya