SOLOPOS.COM - Mujiman alias Harto Suwito, 74 (dua dari kiri) mengevakuasi bambu pada jembatan sasak antara Dermaga Beton, Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Kota Solo menuju Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jumat (29/9/2017). Jembatan itu rusak diterjang air setelah hujan turun pada Kamis (28/9/2017) petang. (Ivan Andimuhtarom/JIBI/Solopos)

Pemkot Solo memerintahkan agar jembatan sasak Gadingan-Solo ditutup.

Solopos.com, SOLO — Pemerintah Kota (Pemkot) Solo memerintahkan jembatan sasak yang menghubungkan Beton, Kelurahan Sewu dengan Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, ditutup. Selain tidak layak dari segi keamanan, jembatan tersebut juga tak berizin.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Seharusnya ditutup. Itu kan jelas tidak berizin,” kata Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, yang akrab disapa Rudy saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (30/10/2017).

Menurut Rudy, pembangunan jembatan harus dilengkapi izin dari pihak berwenang. Merujuk Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2011 Pasal 57, pemanfaatan bantaran dan sempadan sungai, termasuk pembangunan jembatan, harus mendapat izin instansi berwenang.

Karena jembatan sasak tersebut menghubungkan Solo dan Sukoharjo, izin harusnya diterbitkan Gubernur Jateng. Tak hanya itu, pembangunan jembatan juga harus berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBSWBS). (Baca: Jembatan Sasak Kampung Beton Solo Ambruk, Ditutup Sehari)

“Tak hanya soal izin, jembatan sasak itu kan juga rawan ambrol. Malah bisa-bisa nyemplung kali,” kata Rudy.

Rudy mengimbau masyarakat agar bersabar memutar lewat Jembatan Jurug atau Jembatan Bacem selama perbaikan Jembatan Mojo dikerjakan. Meski membutuhkan waktu lebih lama, perjalanan lewat dua jalur itu lebih aman daripada nekat melewati jembatan bambu.

“Wong ngalahi sithik [mengalah sedikit]. Misal kacek [selisih] 30 menit, ya berangkat lebih digasiki [pagi]. Daripada kecemplung kali malah bahaya yang tanggung jawab siapa?” tuturnya.

Hal senada disampaikan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Solo Hari Prihatno yang mengimbau masyarakat agar tidak lewat jembatan bambu untuk menyeberang Sungai Bengawan Solo. Jembatan yang dikenal warga dengan sebutan jembatan sasak itu dinilai tidak layak dari segi keamanan.

“Jembatan itu tidak layak dilalui. Rawan ambrol dan bisa-bisa jatuh ke sungai,” kata dia.

Menurutnya, warga bisa kembali lewat Jembatan Mojo setelah perbaikan selesai Senin (6/11/2017) mendatang. Dengan demikian untuk sementara warga diminta memutar melalui jembatan Jurug atau Bacem.

Hari mengaku segera berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) ihwal operasional jembatan sasak tersebut. “Kami akan tanyakan dulu jembatan itu ranahnya siapa? Apakah Dinas PUPR Solo atau Sukoharjo. Kalau rekomendasi saya, jembatan sasak jangan dioperasionalkan,” katanya.

Sebagaimana diinformasikan, jembatan sasak yang beroperasi sejak Jumat (27/10/2017) itu sempat rusak pada Minggu (29/10/2017) dini hari. Jembatan itu kemudian diperbaiki lagi pada Minggu malam.

Seorang pengelola jembatan sesek di Desa gadingan, Mojolaban, Sumadi Hala, mengatakan biaya pembuatan jembatan itu Rp8 juta-Rp9 juta untuk membeli bambu, konsumsi, dan upah tenaga kerja. Kini, jembatan sasak kembali dimanfaatkan para pengguna jalan untuk menyeberangi Sungai Bengawan Solo.

Jembatan baru saja dibuat lebih kokoh dan kuat dibanding jembatan yang ambruk. Fondasi jembatan dipertebal sehingga lebih kuat menahan derasnya arus sungai saat terjadi hujan lebat dengan intensitas tinggi.

“Kami juga menambah ketebalan lantai jembatan yang terbuat dari anyaman bambu agar para pengguna jalan tak gampang terpeleset,” kata dia, Senin.

Pria yang akrab disapa Hala ini mengungkapkan jumlah pengendara sepeda motor yang memanfaatkan jembatan sasak turun dibanding saat beberapa hari lalu. Namun, Hala tak mengetahui penyebab menurunnya jumlah pengendara sepeda motor yang memanfaatkan jembatan sasak.

Bisa jadi, mereka memilih memutar arah menuju Palur, Mojolaban, atau Pranan, Polokarto, yang menjadi jalur alternatif selama penutupan Jembatan Mojo. “Jumlah pengendara sepeda motor yang memanfaatkan jembatan sasak lebih dari 500 unit pada Jumat (27/10/2017). Sekarang mungkin separuhnya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya