SOLOPOS.COM - Para pemuda Karanganom, Sukodono, Sragen saat belajar pengelolaan wisata desa di Pendapa Sendang Kun Gerit Jatibatur, Gemolong, Sragen, Selasa (4/7/2023) malam. (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Para pemuda yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Selo Karang dan Karang Taruna Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Sragen, studi banding ke Sendang Kun Gerit Desa Jatibatur, Kecamatan Gemolong, Sragen, Selasa (4/7/2023) malam.

Mereka belajar pengelolaan Objek Wisata Sendang Kun Gerit Gemolong dan hasilnya bisa untuk mengembangkan Selo Karang menjadi objek wisata di Desa Karanganom.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kedatangan puluhan pemuda itu diantar Camat Sukodono, R. Rudi Hartanto dan didampingi Camat Mondokan, Agus Endarto. Dalam studi banding itu juga dihadiri komunitas pencinta sejarah Sukowati dari Sedulur Jagat Sukowati (Sejati) Sragen dan Pusat Studi Sukowati (Pastika) Sragen.

Studi banding itu dikemas dengan sarasehan santai di pendapa Sendang Kun Gerit Gemolong.

Kedatangan mereka disambut Kades Jatibatur, Sutardi dan Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Sumber Rejeki Jatibatur, Gemolong, Sragen, Sugiyanto Totok. Mereka berbincang tentang bagaimana pengembangan Objek Selo Karang dengan tema Punakwan Mbangun Selo Karang.

Dalam kesempatan itu, Camat Sukodono, R. Rufi Hartanto, menyampaikan kedatangan warga Karanganom ke Sendang Kun Gerit ini untuk ngangsu kawruh karena Sendang Kun Gerit sukses mengembangkan wisata desa. Dia berharap dengan ngangsu kawruh ini diharapkan bida memotivasi para warga Karanganom untuk mengembangkan Selo Karang

“Dalam pengembangan Selo Karang itu menggunakan lahan milik Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sragen. Dalam pemanfaatan lahan dan bangunan permanen itu pun sudah mendapatkan izin dari DPU. Di Selo Karang juga ada potensi alam yang bisa dikembangkan,” ujarnya.

Kades Jatibatur, Gemolong, Sutardi, menyampaikan dalam pengembangan Sendang Kun Gerit mendapat kunjungan luar biasa dari warga desa. Dia menyebut pengembangan Sendang Kun Gerit ini sudah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa). Kemudian ditindaklanjuti oleh Direktur BUNDesa dan timnya.

Direktur BUMDesa Sumber Rejeki Jatibatur, Gemolong, Sragen, Sugiman Totok, mengatakan pengembangan Sendang Kun Gerit dimulai pada Agustus 2019. Awalnya, Totok tidak tahu Desa Jatibatur karena hidup di perantauan. Dia menyebut Desa Jatibatur ini desa miskin sehingga banyak warga yang merantau dan sukses.

“Kemudian saya ketemu Pak Kades dan berniat bersama untuk membangun desa. Akhirnya menemukan sendang di pinggir sungai di lembah. Saat di perkampungan sumur dalamnya 18 meter, ini ada sumber air keluar sendiri. Kalau sendang tidak dimanfaatkan maka alangkah ruginya. Akhirnya muncul ide pengembangan dengan konsep pemandian,” jelasnya.

Totok mengungkapkan dalam prosesnya cukup panjang dan mendapat dukungan dari para pegiat budaya dan sejarah, termasuk Camat Mondokan. Dia berusaha meyakinkan warga desa untuk gotong royong sehingga saham terbesarnya dari warga desa.

“Yang punya tenaga bisa diberikan, yang punya aset apa pun bisa diberikan menjadi saham, termasuk yang punya uang. Jadi total yang investasinya mencapai Rp2,25 miliar,” ujarnya.

Dia menekankan kuncinya guyup rukun dan kepercayaan serta jangan berorientasi uang terlebih dulu. Dia menyampaikan dalam pengelolaan Sendang Kun Gerit ini diawasi dewan pengawas yang jumlahnya 15 orang.

Dia mengatakan laporan pendapatan secara online setiap hari dan kinerjanya diawasi dengaj kamera close curcuit television (CCTV).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya