Soloraya
Minggu, 5 Maret 2017 - 22:01 WIB

Pemuda Karanganyar Galang 1.000 Tanda Tangan Tolak Eksplorasi Geothermal Gunung Lawu

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peserta aksi damai kepedulian Gunung Lawu mendengarkan orasi tokoh pemuda Karanganyar di Bundaran HI, Kalisoro, Tawangmangu, Minggu (5/3/2017) siang. (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Pemuda Karanganyar menggalang tanda tangan menolak eksplorasi geothermal Gunung Lawu.

Solopos.com, KARANGANYAR — Sekitar 130 pemuda di Kecamatan Tawangmangu, sukarelawan tanggap bencana, dan pencinta alam, menggelar aksi damai pengumpulan 1.000 tanda tangan penolakan agenda eksplorasi dan eksploitasi panas bumi (geothermal) Gunung Lawu.

Advertisement

Pantauan Solopos.com, aksi dimulai di Terminal dan Pasar Tawangmangu, Minggu (5/3/2017) sekitar pukul 09.30 WIB. Mereka mengajak setiap orang di lingkungan terminal, pasar, dan sekitarnya untuk menandatangani banner dan spanduk kepedulian terhadap Gunung Lawu.

Selain banner dan spanduk yang disiapkan, peserta aksi juga menggunakan beberapa banner bekas. Setelah beraksi di terminal dan pasar, para pemuda itu menyisir Jl. Lawu ke arah timur. Dengan berjalan kaki mereka meminta tanda tangan para warga.

Advertisement

Selain banner dan spanduk yang disiapkan, peserta aksi juga menggunakan beberapa banner bekas. Setelah beraksi di terminal dan pasar, para pemuda itu menyisir Jl. Lawu ke arah timur. Dengan berjalan kaki mereka meminta tanda tangan para warga.

Mereka juga membagikan selebaran berisi pernyataan sikap menolak proyek geotermal dengan perincian alasannya. Tak ada warga atau pengguna jalan yang menolak membubuhkan tanda tangan ke spanduk dan banner yang disiapkan para pemuda itu.

Rombongan peserta aksi juga menyisir sekitar objek wisata New Balekambang dan pintu masuk Grojogan Sewu. Para pedagang, wisatawan, maupun warga, justru bersemangat saat dimintai tanda tangannya. Alasan mereka senada, tak ingin alam Gunung Lawu rusak.

Advertisement

Suyatno mengaku secara sadar dan sukarela membubuhkan tanda tangan di banner kepedulian terhadap Gunung Lawu. Dia berharap aksi tersebut bisa membatalkan agenda eksploitasi Gunung Lawu. “Sampai saat ini pun belum pernah ada sosialisasi,” kata dia.

Penuturan senada disampaikan Suranto, 57, warga Tawangmangu RT 001/RW 003. Warga asli Tawangmangu itu sedang jalan-jalan saat mendapati ada aksi kepedulian terhadap Gunung Lawu. Tanpa disuruh, dia langsung meminjam spidol dan membubuhkan tanda tangan.

“Saya sebagai penduduk sini harus melestarikan Gunung Lawu, jangan sampai ternoda. Kalau nanti sampai terjadi bencana seperti lumpur Lapindo, siapa yang mau bertanggung jawab? Sejak kecil saya di sini. Gunung Lawu itu ibarat pusarnya Jawa,” tutur dia.

Advertisement

Kendati sudah mendengar kabar akan ada eksploitasi panas bumi Gunung Lawu, Suranto belum pernah diajak sosialisasi. Sedangkan inisiator aksi damai kepedulian terhadap Gunung Lawu, Gesang Bagus, 25, optimistis bisa mendapatkan 1.000 tanda tangan.

Banner dan spanduk berisi 1.000 tanda tangan akan dibawa dan dibentangkan saat aksi lanjutan di DPRD Karanganyar, Sabtu (11/3/2017) mendatang. Aksi bertajuk sarasehan membahas proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) akan mendatangkan ahli lingkungan.

Kegiatan itu juga akan diisi apresiasi seni dan budaya oleh warga lereng Gunung Lawu dan masyarakat Karanganyar. “Dampak negatif atas apa yang mungkin terjadi nanti yang merasakan penduduk lereng Gunung Lawu. Aksi ini untuk mewadahi kekhawatiran warga,” ujar Gesang.

Advertisement

Sementara Ketua DPD KNPI Karanganyar, Aan Shopuanudin, saat ditemui Solopos.com mengatakan akan mengirim tim untuk melakukan studi banding ke Baturaden dan Dieng. Studi banding itu untuk melihat secara langsung PLTPB di dua daerah tersebut.

Pengiriman tim ke dua lokasi itu dilakukan setelah kegiatan sarasehan PLTPB Gunung Lawu. “Informasi yang kami terima, aliran air di bawah PLTPB Baturaden, keruh. Di Dieng, dua sungai kering dan tanah di sekitar pengeboran tak bisa ditanami,” kata dia.

Contoh lain dampak negatif proyek geothermal, menurut Aan, yaitu di Mataloko, Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dia tidak ingin hal itu terjadi juga di lereng Gunung Lawu. “Kami merespons keresahan warga atas akan adanya proyek geothermal di Gunung Lawu,” tutur dia.

Selain studi banding ke luar Karanganyar, dia juga akan membentuk tim untuk mengeksplorasi dan mendokumentasikan berbagai kekayaan di Gunung Lawu. Ditengarai masih banyak cagar budaya dan kekayaan hayati di lereng Gunung Lawu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif