Soloraya
Minggu, 5 April 2020 - 19:15 WIB

Pemudik Datang di Wonogiri Sudah Berkurang Drastis Hingga 75%

M. Aris Munandar  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bus AKAP bersiap berangkat ke Jakarta di Terminal Tipe A Giri Adipura Wonogiri, Kamis (26/3/2020). (Solopos/M. Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI -- Jumlah pemudik yang datang di Wonogiri dengan menumpang bus dari wilayah Jebodetabek-Wonogiri berangsur-angsur turun 75%-80%.

Kepala Terminal Tipe A Giri Adipura Wonogiri, Agus Hasto Purwanto, mengatakan penurunan jumlah penumpang di Wonogiri terjadi sejak 1 April 2020.

Advertisement

“Meskipun ada pengurangan jumlah penumpang, jadwal pemberangkatan dan kedatangan bus tidak berubah. Hanya jumlah bus yang beroperasi berkurang,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Minggu (5/4/2020).

Agus mengatakan Pemkab Wonogiri tidak membuat aturan pelarangan atau membatasi jumlah bus AKAP yang beroperasi untuk mengurangi jumlah pemudik yang datang.

Advertisement

Agus mengatakan Pemkab Wonogiri tidak membuat aturan pelarangan atau membatasi jumlah bus AKAP yang beroperasi untuk mengurangi jumlah pemudik yang datang.

Diperpanjang, Siswa Sekolah Boyolali Belajar di Rumah Hingga 30 April

Berkurangnya jumlah bus itu atas kebijakan dari masing-masing perusahaan otobus.

Advertisement

Jika biasanya ada 15 bus yang diberangkatkan, saat ini hanya dua hingga tiga bus. Pengurangan jumlah bus dilakukan karena jumlah penumpang dari Jabodetabek ke Wonogiri dan sebaliknya mengalami penurunan.

“Penumpangnya sudah tidak ada. Kalau memaksakan bus berjalan seperti biasanya kami tidak mampu membiayai operasionalnya,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Minggu.

PDP Sembuh Bertambah, Banjarsari Solo Masih Zona Merah Corona

Advertisement

Heri mengatakan penumpang busnya mayoritas pedagang bakso, jamu, dan para pedagang lainnya. Para pemudik ini sudah datang di Wonogiri pada Maret lalu.

Tabel data jumlah pemudik yang datang dan berangkat di Wonogiri. (Solopos/M. Aris Munandar)

Ketua Paguyuban Wonogiri Manunggal Sedya (Pawon Mas) yang merupakan komunitas perantau Wonogiri di Jabodetabek, Agus Suparyanto, mengatakan perantau yang mempunyai pekerjaan harian lepas dan pedagang telah mudik ke kampung sejak awal hingga akhir Maret 2020.

Tidak Ada Pekerjaan dan Penghasilan

Mereka mudik dengan bekal dan harta yang dipastikan cukup hingga Juni 2020.

Advertisement

Dia mengatakan daripada di Jakarta tidak ada pekerjaan dan penghasilan, mereka memutuskan untuk bertahan hidup di kampung. Selain itu jika bertahan di Jakarta, mereka harus membayar kontrakan dan ruko yang digunakan untuk berjualan.

Produsen Peralatan Outdoor di Karanganyar Beralih Bikin APD Tenaga Medis

"Jika di kampung rumah tidak membayar, sayuran tidak beli karena sudah menanam,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Minggu.

Menurut dia, perantau yang masih bertahan di perantauan adalah yang sudah nyaman tinggal di wilayah Jabodetabek. "Mungkin sudah ada rasa takut kalau mereka pulang akan dituduh sebagai penyebar Covid-19," kata dia.

Adanya kebijakan pemudik yang datang di Wonogiri didata pengurus RT dan RW dan harus karantina mandiri juga menjadi pertimbangan. "Intinya saat ini kami mengalah dengan keadaan, kemungkinan banyak yang tidak mudik saat Lebaran,” kata Agus.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif