SOLOPOS.COM - Petani penggarap sawah Desa Blimbing, Kecamatan Gatak, Sukoharjo tengah menyiangi rumput di lahan yang ditanami tembakau, Selasa (18/6/2013). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/SOLOPOS)


Petani penggarap sawah di Desa Blimbing, Kecamatan Gatak, Sukoharjo tengah menyiangi rumput di lahan yang ditanami tembakau, Selasa (18/6/2013). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/SOLOPOS)

SUKOHARJO--Realisasi penanaman tembakau di Kecamatan Gatak, Sukoharjo baru tercapai sekitar 61% dari target tahunan yang ditetapkan. Kondisi ini disebabkan oleh anomali cuaca yang terjadi beberapa waktu terakhir.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kepala UPTD Pertanian Kecamatan Gatak, Zainal Abidin, mengatakan tembakau sudah tertanam di areal sawah seluas 21 hektare hingga Mei 2013. Sementara itu, pihaknya menargetkan penanaman tembakau di areal seluas 55 hektare dalam setahun.

Ia memperkirakan pada Juni ini area tembakau akan bertambah menjadi 35-40 hektare. Konsentrasi tanaman tembakau ini berada di empat desa yaitu Sanggung, Kagokan, Klaseman dan Blimbing.

“Saat ini petani masih menunggu tanaman padi di panen. Mereka masih ragu-ragu menanam tembakau akibat curah hujan yang tinggi,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Selasa (18/6/2013).

Zainal memaparkan sawah yang ditanami tembakau ini harus memiliki sistem drainase yang baik. Drainase yang baik ini akan membantu membuang genangan air saat curah hujan tinggi. Tanaman tembakau yang biasa dibudidayakan saat musim kemarau ini, tidak membutuhkan persediaan air melimpah. Sebaliknya, sawah harus selalu terjaga kadar kekeringannya.

Pada cuaca yang tidak menentu ini, lanjutnya ada beberapa cara yang bisa diterapkan petani. Salah satunya adalah memperdalam saluran irigasi pembuangan di sawah. Hal itu diterapkan supaya air hujan tidak menggenang. Hal ini menurutnya cukup mudah dan murah dikerjakan petani.

Sementara itu, petani penggarap sawah Desa Blimbing, Taryono, mengatakan anomali cuaca ini membuat tanaman tembakau perlu penanganan ekstra. Petani sudah menambah kedalaman saluran pembuangan air. Kendati demikian, sawah yang berdampingan dengan tanaman padi cukup sulit mengatur pembuangan air ini.

Selain genangan air, petani juga dipusingkan dengan rumput pengganggu (gulma) yang tumbuh subur di sawah. Petani harus rajin menyiangi supaya sawah tidak berubah menjadi hutan gulma. Petani juga harus memanfaatkan insektisida untuk mengusir hama berupa ulat, penggerek batang dan penggerek pucuk tembakau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya