SOLOPOS.COM - BERDIALOG--Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, drh Prabowo Respatiyo Caturroso MM PhD (dua dari kiri) berdialog dengan warga di Pos Kesehatan Dukuh Rejosari, Desa Brojol, Miri, Sragen, Jumat (3/6).

Sragen (Solopos.com) – Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, drh Prabowo Respatiyo Caturroso MM PhD, menyatakan kasus antraks di Kabupaten Sragen terkendali dengan penanganan sinergi antara Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Balai Besar Veteriner (BBVet).

BERDIALOG--Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, drh Prabowo Respatiyo Caturroso MM PhD (dua dari kiri) berdialog dengan warga di Pos Kesehatan Dukuh Rejosari, Desa Brojol, Miri, Sragen, Jumat (3/6). (JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Drh Prabowo mengimbau kepada masyarakat agar tidak risau dengan penyakit antraks. “Antraks itu sporanya bisa hidup puluhan tahun. Kasus antraks di Sragen ini sudah menurun dan sudah terkendali. Petugas-petugasnya cukup agresif. Sekarang pengobatan terus terhadap hewannya, karena pemberantasan dan pecegahan terus dilakukan. Saya minta setiap ternak yang akan disembelih harus dicek kesehatannya,” ujar Prabowo saat ditemui wartawan di seal-sela kunjungan di Rumah Dinas Bupati Sragen, Jumat (3/6/2011).

Kedatangan Dijen Peternakan dan Kesehatan Hewan ke Sragen bersamaan dengan rombongan BBVet DIY. Kedatangan mereka disambut Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman dan Disnakkan Sragen. Selanjutnya, mereka mengunjungi korban penyakit antraks di Dukuh Rejosari, Desa Brojol, Miri yang dinyatakan positif terkena penyakit antraks.

Menurut dia, kebijakan Bupati sekarang lebih terbuka tentang antraks bila dibandingkan Bupati sebelumnya. Untuk pengobatan ternaknya, kata dia, ada 10 dokter hewan dibantu BBVet untuk surveilans. “Saya optimistis tidak lama lagi, antraks bisa terkendali. Saya membawa bantuan obat-obatan untuk antraks ke Sragen. Namun, obat-obatan itu masih tertahan di Bandara Soekarno-Hatta. Bantuan kedua kali ini lebih dari cukup untuk pengobatan hewan sebanyak 80.000 ekor sapi dan 150.000 ekor kambing dan domba,” tegasnya.

Kepala BBVet Wates, DIY, drh Ahmad Junaidi, menambahkan dari empat kasus kematian sapi di Sragen, hanya kematian sapi di Dukuh Rejosari, Desa Brojol, Miri yang dinyatakan positif antraks berdasarkan hasil uji laboratorium BBVet. Kematian sapi di Desa Doyong, Miri, Desa Sambiduwur, Tanon dan Desa Saradan, Karangmalang dinyatakan negatif antraks.

“Kematian sapi di tiga desa itu bukan antraks tetapi disebabkan malnutrisi atau kurang gizi, sehingga sapi itu cacingan dan mati. Saya hanya menekankan kepada warga agar lebih menjaga sanitasi kandang,” pungkasnya.

trh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya