SOLOPOS.COM - Polwan Polres Sragen menimbang balita di Posyandu Mardi Lestari dalam upaya pencegahan stunting di Dukuh Karangmalang, Desa Puro, Kecamatan Karangmalang, Sragen, Senin (13/2/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Kabupaten Sragen menjadi salah satu dari tiga daerah di Indonesia yang menjadi pilot project proyek stunting oleh Bank Dunia untuk periode kedua 2024-2026. Inovasi yang dilakukan Pemkab Sragen dalam penanganan stunting akan diadopsi Bank Dunia (World Bank) sebagai program nasional bersama Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres).

Senior Health Specialist Health Nutrition and Population Global Practice Bank Dunia, Somil Nagpal dan tim Bank Dunia lainnya bersama Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Setwapres, Suprayoga Hadi, berdialog dengan Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, di rumah dinas Bupati pada Senin (20/2/2023) sore. Bupati didampingi para pejabat eselon II terkait berdiskusi tentang penanganan stunting.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Diskusi itu berlanjut ke kunjungan lapangan di Desa Bener, Kecamatan Ngrampal dan Desa Wonorejo, Kecamatan Kedawung, Sragen, pada Selasa (21/2/2023). Bupati mengusulkan tambahan lokasi yang akan dikunjungi, yakni di wilayah Kecamatan Mondokan.

“Ini untuk persiapan program kerja sama dengan Bank Dunia untuk periode II di Sragen, yakni untuk 2024-2026 mendatang. Selama ini Sragen sudah menjadi percontohan Bank Dunia dan evaluasinya baik makanya percontohan dilanjutkan. Kalau pada tahun ini alokasi anggarannya US$400 juta dan pada tahun depan menjadi US$600 juta,” ujar Suprayoga Hadi saat ditemui Solopos.com, Senin sore.

Ia menjelaskan ada tiga daerah yang menjadi pilot project, yakni Sragen, Manggarai Timur, dan Surabaya. Pengembangan desain yang dimiliki Sragen dan yang sudah berjalan bisa dilanjutkan dan diadopsi daerah lain dalam proyek stunting Bank Dunia. Dia berharap Sragen bisa menemukan formula yang tepat dalam penanganan stunting sehingga bisa diterapkan di daerah lainnya.

Akurasi Data

Sementara itu Bupati Yuni menekankan pentingnya kompetensi kader kesehatan atau posyandu dalam melakukan pengukuran kondisi anak, seperti berat dan tinggi badan, serta lingkar kepala. Akurasi pengukuran ini akan mempengaruhi angka stunting.

“Kami paham, kader posyandu memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda. Atas dasar itulah, kami akan melakukan asesmen pendidikan atau bidang ilmunya untuk para kader posyandu Mereka bisa refresh kembali sehingga memiliki kompetensi,” jelasnya.

Pengukuran kondisi anak yang dilakukan kader posyandu, sambung Yuni, akan dicek ulang oleh kader kesehatan seperti pidan atau tenaga kesehatan di puskesmas. Dengan kompetensi yang dimiliki para kader, Bupati berharap data yang diperoleh benar-benar akurat.

Di sisi lain Bupati lebih memilih menggunakan data stunting berdasarkan elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (EPPGBM). Data ini dinilainya lebih akurat karena sesuai data riil, tidak seperti Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dihimpun berdasarkan sampel.

Ada perbedaan data stunting di Sragen yang dikeluarkan antara EPPBGM dan SSGI. EPPBGM menyajikan angka stunting  lebih sedikit dibandingkan yang dihasilkan SSGL.

Selain basis data, persoalan lain dalam penanganan stunting adalah sinergi anggaran antar-organisasi perangkat daerah (OPD). Menurut Bupati, anggaran untuk penanganan stunting cukup besar namun dampak yang dirasakan tidak sesuai harapan. Sehingga penting adanya sinergi penggunaan anggaran di masing-masing OPD dalam penanganan stunting.

Ada beberapa OPD di Sragen yang juga fokus dalam mengatasi stunting yakni Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Sosial (Dinsos), Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A), dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud).

Selama ini, Bupati menilai anggaran besar tetapi tidak didapatkan dampak dan impak sesuai harapan. Dia mengatakan hasil SSGI ternyata mengejutkan karena datanya naik. Dua berharap setelah diketahui diagnosanya maka akan menemukan obat yang tepat.

Pada Senin kemarin, tim Bank Dunia berkunjung ke Desa Puro, Karangmalang, Sragen. Dalam kunjungan itu, tim memotret desa dalam penanganan stunting dan peran kader dalam penanganan stunting.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya