Soloraya
Senin, 27 Februari 2023 - 15:37 WIB

Penantian Panjang 27 Tahun Berakhir, Klaten Raih Penghargaan Adipura 2023

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kendaraan melintas di depan tugu Adipura dekat Kantor Pemkab Klaten, Senin (27/2/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Kabupaten Klaten akhirnya menerima penghargaan Adipura setelah penantian panjang selama 27 tahun. Kali terakhir Klaten mendapat Adipura pada 1996 atau 1997.

Adipura merupakan program dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mendorong pemerintah daerah dan masyarakat mewujudkan kota bersih dan teduh dengan menerapkan prinsip good governance dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Advertisement

Kepastian Klaten meraih penghargaan Adipura tahun ini disampaikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Klaten, Srihadi. Menurutnya, pada Selasa [28/2/2023], bupati diundang ke Jakarta untuk menerima penghargaan anugerah Adipura.

“Ini membanggakan setelah kali terakhir menerima Adipura pada 1996-1997. Klaten tahun ini dinilai layak untuk menerima penghargaan tersebut,” kata Srihadi saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (27/2/2023).

Advertisement

“Ini membanggakan setelah kali terakhir menerima Adipura pada 1996-1997. Klaten tahun ini dinilai layak untuk menerima penghargaan tersebut,” kata Srihadi saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (27/2/2023).

Srihadi menjelaskan perjalanan Klaten untuk mendapatkan penghargaan Adipura cukup panjang. Penilaian Adipura tak terbatas suatu daerah kelihatan bersih saat penilaian.

Penilaian itu berbasis data untuk melihat seluruh pengelolaan kebersihan dan keindahan suatu kota. Soal poin yang mendongkrak penilaian Adipura di Klaten, Srihadi mengatakan salah satunya terkait pengelolaan sampah di TPA.

Advertisement

Srihadi mengatakan penghargaan bukan menjadi titik akhir dari perjalanan pengelolaan sampah di Kabupaten Bersinar. “Harapannya semangat untuk memilah dan meminimalkan sampah bisa terus dilakukan untuk generasi mendatang,” kata dia.

Meski menerima penghargaan Adipura, Srihadi mengakui saat ini masih ada sejumlah persoalan pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten. Dia mencontohkan masih bermunculan sampah-sampah liar di tepi jalan hingga di sungai.

Kondisi TPA Troketon

Di sisi lain, umur TPA Troketon diprediksi tak lama lagi. Diperkirakan, tiga tahun mendatang kapasitas TPA Troketon sudah penuh. Sebagai informasi, timbunan sampah di Klaten per hari mencapai 200 ton.

Advertisement

Sementara, jumlah sampah yang dikelola di TPA Troketon mencapai 96 ton per hari. Lantaran hal itu, gerakan pengurangan timbunan sampah ke TPA terus digulirkan.

Seperti dengan pengelolaan sampah melalui tempat pengolahan sampah reduce, recycle, reuse (TPS3R) serta bank sampah. Di Klaten, ada 32 TPS3R yang sudah dibangun dan seluruhnya beroperasi.

“Program pengurangan ini terus kami lakukan agar sampah yang dibawa ke TPA benar-benar residu sehingga bisa memperpanjang umur TPA,” kata Srihadi.

Advertisement

Pengelolaan sampah kerap diserukan Bupati Klaten, Sri Mulyani dalam beberapa kali kesempatan. Termasuk tak menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah.

Hal itu karena salah satu penyebab banjir akibat luapan sungai di Klaten lantaran penumpukan sampah yang menyumbat aliran selain faktor curah hujan tinggi.

“Kami imbau warga untuk selalu waspada karena memang saat ini intensitas hujan masih tinggi. Selain itu, seperti yang selalu saya sampaikan, kita harus selalu peduli kebersihan [tidak membuang sampah ke sungai] sehingga tidak akan ada banjir,” kata Mulyani saat mengecek lokasi banjir di Desa Bener, Kecamatan Wonosari, Jumat (17/2/2023) lalu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif