SOLOPOS.COM - Gambar desain Pasar Jongke Solo yang akan direvitalisasi mulai tahun ini. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO–Pedagang Pasar Jongke kini tinggal menunggu proyek pembangunan kembali pasar yang sudah lama dinanti-nantikan. Pasar yang dibangun kali pertama pada 1992 di wilayah Kecamatan Laweyan ini terdiri atas 780 los, 106 kios dan 135 lapak atau oprokan.

Pasar Jongke tergolong sebagai pasar tradisional di Kota Solo yang menyediakan berbagai jenis kebutuhan rumah tangga seperti sayuran, sembako, daging, dan lainnya.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Mengenai revitalisasi, seorang pedagang pasar, Mawar Nindita mengakui para pedagang sudah menanti lama agar kawasan tersebut mendapat sentuhan dari pemerintah.

Menurut dia, kondisi Pasar Jongke memang cukup semrawut dan kurang tertata, becak ataupun kendaraan juga bisa masuk, kemudian fasilitas umumnya kurang memenuhi standar kebersihan. Ada pun fasilitas kamar mandi juga kurang higienis dan memadai.

Selama ini, pedagang kerap dihantui perasaan waswas lantaran pasar tradisional itu kerap tergenang banjir luapan Kali Jenes saat musim penghujan. Saat turun hujan lebat, air Kali Jenes kerap meluap dan menggenangi halaman pasar.

Hal itu diungkapkan seorang pedagang bahan kebutuhan pokok di Pasar Jongke, Pomo yang sudah berjualan di Pasar Jongke selama 20 tahun. Pomo menyampaikan kondisi pasar tersebut saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (10/1/2023).

Belum lagi, kondisi bangunan Pasar Jongke yang cukup memprihatinkan. Sejumlah pedagang mengaku atap bangunan yang sering bocor. Air hujan masuk ke pasar dan membuat becek lantai pasar. Selain atap bangunan bocor, saluran drainase tidak berfungsi secara maksimal.

Rencana revitalisasi sudah bergulir sejak era Jokowi menjabat sebagai Wali Kota . Rencana revitalisasi Pasar Jongke sudah muncul sejak 2010 lalu dengan rencana realisasi ditargetkan pada 2011.

Namun, rencana itu tak terealisasi. Pada awal 2011, Pemkot memastikan revitalisasi Pasar Jongke baru diajukan anggaran dengan harapan teralisasi pada 2012.

Hal itu juga tak kunjung terealisasi juga. Pemkot akhirnya berupaya mencari sumber dana lain dengan menawarkan kepada investor.

Pada 2013, ada sejumlah investor yang mengajukan diri untuk melaksanakan proyek revitalisasi Pasar Jongke, Solo. Namun, tidak tercapai kesepakatan terkait pengelolaan pasar itu seusai revitalisasi sehingga pembangunan batal.

Rencana revitalisasi terus bergulir. Pada 2018, Pemkot kembali menawarkan proyek revitalisasi Pasar Jongke kepada investor, namun juga tidak membuahkan hasil.

Saat itu, Pemkot harus mengalihkan perhatian ke Pasar Legi yang terbakar pada akhir tahun itu dan baru kembali ke rencana pembangunan Pasar Jongke setelah Pasar Legi selesai dibangun ulang pada awal 2022.

Pasar jongke masuk proyek pendanaan nasional. Rencana awal revitalisasi Pasar Jongke menelan anggaran mencapai Rp185 miliar dana dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Namun, pendanaan final revitalisasi Pasar Jongke berubah menjadi senilai Rp142 miliar. Dikarenakan Kementerian PUPR memiliki proyek lain di kawasan yang sama berupa pembangunan talut senilai Rp15 miliar.

Pasar di lahan seluas 1,8 hektare itu nantinya menampung sekitar 1.027 pedagang. Mereka terdiri atas 900-an pedagang Pasar Jongke dan 127 pedagang Pasar Kabangan. Hal itu sesuai rencana bahwa pedagang Pasar Kabangan akan dipindahkan dan dijadikan satu dengan pedagang Pasar Jongke setelah pasar direvitalisasi.

Pasar Jongke digadang akan menjadi ikon baru Kota Solo. Pasar tersebut sengaja dikonsep sebagai pasar ramah lingkungan dan ramah difabel.

Gedung Hijau

Konsep revitalisasi Pasar Jongke Solo akan mengadopsi prinsip gedung hijau, sama seperti Pasar Legi. Proyek yang didanai dari Kementerian PUPR ini nantinya juga berdesain klasik gaya kolonial yang megah. Visualisasi kios pasar bisa dilihat dari pinggir jalan raya.

Tak banyak berubah dari desain sebelumnya, akan ada selasar di tengah bangunan pasar. Meski terdapat selasar di tengah, bangunan tidak terpisah dan masih berada di bawah atap yang sama.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Bidang Sarana Distribusi Perdagangan Dinas Perdagangan Solo, Joko Sartono pada Juli 2022.

Bangunan Pasar Jongke rencananya dilengkapi dengan jalan yang mengelilingi bangunannya. Mirip dengan Pasar Legi Solo. Lebar selasar atau jalan tengah pasar diperkirakan sekitar 8 meter.

Sementara jalan di belakang pasar selebar 8 meter. Jalan sisi barat pasar selebar 6 meter dan pada bagian tertentu mencapai 12 meter. Sedangkan halaman pasar hingga tepi jalan raya selebar 20 meter dilengkapi dengan halte bus.

Pada akhir Maret 2023, revitalisasi Pasar Jongke memasuki babak realisasi pembuatan persetujuan lingkungan. Masyarakat turut dilibatkan dalam pembahasan tersebut. Sejumlah catatan masukkan disampaikan, mulai dari permintaan pengaturan sampah pasar hingga pengaturan loss dibahas dalam rapat tersebut.

Dalam pembahasan itu, juga membahas soal pengelolaan sampah secara mandiri dengan penerapan sistem bank sampah. Ada pula usulan wacana soal penanganan limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3) di Pasar Jongke nantinya.

Kajian untuk izin persetujuan lingkungan tersebut melibatkan lini dari masyarakat, pemerintah tingkat kelurahan dan kecamatan, LSM, hingga akademisi atau tenaga ahli untuk memberikan masukan dan saran terkait pengelolaan dan pemantauan pasar jongke ke depan.

Masih berjalan simultan, pada awal April 2023, pedagang Pasar Jongke mulai pindah ke pasar darurat yang dibangun di lapangan Jegon, Kelurahan Pajang, Laweyan. Mereka direncanakan agar menempati pasar darurat itu selama satu tahun. Seluruh pedagang wajib meninggalkan dari kawasan Pasar Jongke pada Minggu (9/4/2023).

Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Solo, Heru Sunardi memberikan konfirmasi para pedagang pasar Jongke akan pindah ke pasar darurat saat Ramadan atau bulan puasa ini. Hal itu diungkapkannya pada Kamis (29/3/2023).

Saat ditanya terkait konsep penataan pasar darurat Jongke, Heru menjelaskan para pedagang di pasar darurat akan berdagang sesuai zona masing masing. Misalkan pedagang sayur di zona sayuran, pedagang daging di zona daging, dan lainnya.

Heru menyebutkan ada total 84 unit kios, 867 unit los, dan oprokan 190 unit di pasar darurat. Masing-masing jenis lapak pedagang memiliki ukuran yang berbeda.

Mengenai ukuran, lapak model kios paling besar berukuran 18 meter persegi dan paling sempit enam meter persegi. Kemudian, lapak model loss paling luas berukuran 15 meter persegi dan paling sempit dua meter persegi. Sementara paling kecil lapak model oprokan namun disebutkan ukuran pastinya.

Dari pantauan solopos.com pada Senin (3/4/2023), para pedagang pasar jongke mulai melakukan penataan di tempat barunya. Salah satu pedagang yang tengah di lokasi pasar darurat, Sri Handayani mendapat jatah satu unit los dan satu unit oprokan.

Lokasi los milik perempuan yang akrab disapa nanik itu berada di tengah pasar. Nanik mengaku seorang penjual tahu di pasar sebelumnya. Luas satu unit losnya diperkirakan sekitar 1,5 meter x dua meter.

Persiapan nanik sebagai penjual tahu di pasar cukup mudah dibandingkan dengan mereka yang berjualan kelontong. Nanik cukup mengusung satu kursi dan satu meja terbuka di lokasinya jualan.



“Kalau los kelontong itu mereka buat penutup warung mandiri, yang lebih banyak persiapan mereka [pemilik kelontong],” ucap dia.

Nanik akan jualan tahu bersama sekitar 20 pedagang tahu lainnya di lokasi los pasar darurat. Sementara los di sampingnya akan digunakan para penjual daging dan ikan. Ada pun los yang lainnya seperti pakaian dan kelontong kurang dekat dengan lokasinya. Pengelompolkan tersebut dikatakan sebagai wujud sistem zonasi di pasar darurat.

Solopos.com memetakan penataan pasar darurat Jongke. Berdasarkan pantauan, sisi paling luar pasar darurat tersebut diperuntukkan bagi para pedagang oprokan. Mereka difasilitasi rabat beton tanpa dilengkapi atap penutup.

Di lapisan ke dua, ada kios-kios yang mengelilingi pasar. Kios tersebut sudah dibuatkan semacam bangunan warung dari triplek.

Sementara lapisan ketiga sebagai lokasi paling tengah terdapat lapak model los. Lapak ini belum dilengkapi penutup seperti kios. Namun sudah ada atap penutup di atasnya. Sehingga tidak akan basah saat hujan tiba

Kebanyakan persiapan dilakukan oleh para pedagang yang memiliki los pasar. Karena sejumlah pemilik los ingin mendesain losnya seperti kios agar aman dan tertutup. Mulai dari pemasangan papan kayu, triplek, maupun tralis di lokasi los yang ditempati.

Lalu untuk pintu masuk sendiri, pintu masuk utama pasar ada di utara, keluarnya ke sisi selatan. Namun, para pengunjung pasar tidak perlu khawatir atau bingung, karena akses masuk ke pasar juga dibuka lewat sisi timur maupun sisi barat pasar.

Di pasar, ada fasilitas berupa kamar mandi. tidak menjumpai adanya musala. Solopos.com pun tidak mengetahui lokasi parkir untuk pastinya, namun masih ada sepetak lahan kosong di sisi barat pasar yang kemungkinan bisa untuk lahan parkir.







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya